Dengarkan wahai kawan,
Dengarkan wahai hamba Allah yang masih bisa mendengar,
Dengarkan wahai manusia yang masih memiliki setitik nurani di dalam hatinya,
Dan saya tidak mengatakan setitik iman,
Karena setitik nurani sudah mencukupi untuk merasakan betapa pahitnya kenyataan yang selama ini tersembunyi di balik praktek prostitusi.
Sang nenek sepuh bertutur : Pelanggan saya adalah anak-anak SD dan SMP. Karena mereka memang hanya memiliki uang dua ribu, lima ribu untuk membayar saya.
Emosi saya teraduk-aduk mendengar jawaban sang nenek sepuh, air mata saya berlinang deras. Saya sesenggukan di kamar seorang diri begitu mendengar jawaban polos dari seorang nenek sepuh pelaku praktek prostitusi yang menyingkap sisi hitam yang mengerikan di balik nama megah lokalisasi terbesar di asia tenggara.
Kita tidak sedang berbicara agama, kita tidak sedang berbicara syurga dan neraka. Kita tidak sedang berbicara mencari makan, kita tidak sedang berbicara tentang sesuap nasi. Namun kita sedang berbicara tentang nurani kita sebagai seorang manusia.
Bayat, 14 rabi'ul akhir 1434H/14 ferbuari 2014M
abul aswad al bayaty
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H