Mohon tunggu...
Ibnu Sadan
Ibnu Sadan Mohon Tunggu... Jurnalis - https://bit.ly/belajarviainternet

Orang sukses berperilaku terhormat

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Tips Mengenal Aliran Sesat

9 Oktober 2011   00:55 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:11 231
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Semua orang yang hidup di dunia ini, tak ubahnya seumpama  orang sedang menempuh sebuah perjalanan menuju kepada Tuhan. Tidak ada perjalanan yang bisa selamat sampai ke tujuan jika menempuh jalan yang sesat. Sesat dalam perjalanan bisa bermacam-macam;  ada yang sesat sejak  awal saat pertama mengambil jalan, sesat di pertengahan perjalanan, dan sesat di akhir ketika hampir sampai pada tujuan. Namun semua sesat hasilnya tetap sama, tidak bisa sampai kepada sasaran yang ditujukan.

Tidak seorang pun penempuh jalan berkeinginan dengan sengaja memilih jalan yang sesat. Bahkan selalu berusaha untuk mencari petunjuk,  misalnya dengan melihat peta  atau bertanya kepada orang yang sudah tahu. Petunjuk jalan yang benar menuju kepada Tuhan hanya ada dua, Al Quran dan Al hadts. Jika kedua ini ditinggalkan perjalanan akan meraba-raba,  walaupun perjalanannya ditempuh beramai-ramai seperti air bah yang sedang mengalir. Perjalanan seperti inilah barangkali yang lebih tepat dinamakan dengan aliran sesat.

Dewasa ini kita sering dengar orang meributkan adanya aliran sesat. Tapi keributan itu selalu terlihat hanya pada kesibukan menuduh orang lain yang sesat. Sehingga jarang terdengar (kalau enggan disebutkan tidak pernah) ada orang yang sibuk memeriksa jalan sendiri, apakah dirinya masih berada pada jalur yang benar. Barangkali semua orang beranggapan, jalan yang sedang dilaluinya pasti jalan tol yang lebar, lurus lagi dan bebas hambatan. Makanya tidak perlu diragukan. Pasti aman sampai ke tujuan.

Fonomena ini sebenarnya sangat  memprihatinkan. Merasa perjalanan sendiri  telah aman, dan sibuk mengurus  perjalanan orang lain. Padahal, potensi untuk menjadi sesat semua orang memilikinya. Karena Allah SWT melalui firman-Nya dalam Al Quran telah menegaskan, terbebasnya seseorang dari kesesatan tidak akan terjadi kalau bukan dengan petunjuk-Nya. Tidak kurang 190 kali Allah SWT menyebutkan kata sesat dalam Al Quran dalam berbagai bentuk, boleh jadi sebagai isyarat betapa besar kemungkinan sesat itu akan dialami semua orang.

Sampai-sampai dalam setiap rakaat shalat Allah SWT mewajibkan semua hamba-Nya untuk selalu bermohon  kepada-Nya, agar Diberikan petunjuk.   Supaya bisa mendapat jalan yang lurus itu seperti jalan orang-orang yang telah Diberikan nikmat, bukan seperti jalan orang yang dimurkai dan bukan pula seperti jalan orang yang sesat. Petunjuk ini terdapat pada dua ayat terakhir surah Al Fatihah, sangat penting untuk dibaca, dan shalat seseorang tidak sah kalau surat Al fatihah ini ditinggalkan.

Agar permohonan  ini dapat terkabul, tentu saja setiap orang tidak cukup hanya dengan mebaca di lidah saja. Melainkan harus sampai ke hati dengan perasaan yang sangat khusyu' serta ditambah lagi dengan usaha yang sungguh-sungguh, dan terus menerus melihat kepada petunjuk yang sudah Disediakan. Petunjuk untuk manusia tidak lain adalah Al Quran itu sendiri, seperti yang terdapat pada ayat kedua surat Al Baqarah, setelah Alif Laam Miim.

"Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa". Demikian bunyi ayatnya.

Kita berharap dengan adanya ribut-ribut soal aliran sesat, masing-masing kita bisa menjadikannya sebagai stimulus untuk mememriksa diri sendiri jangan sampai terjebak dengan pendapat orang banyak yang belum tentu kebenarannya. Sehingga jadi ikut-ikutan melakukan tindakan yang tak sejalan dengan norma agama. Tujuan meluruskan jalan orang lain, nyatanya dengan tindakan yang tidak berpedoman pada Al Quran dan Al Hadits justru diri sendiri yang terseret ke luar rel.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun