Mohon tunggu...
Abu Kemal
Abu Kemal Mohon Tunggu... Pensiunan -

- 33 : 70-71

Selanjutnya

Tutup

Humor

Mobil Berkelamin, Mertua Bertelor

10 Oktober 2012   10:19 Diperbarui: 24 Juni 2015   22:59 418
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humor. Sumber ilustrasi: PEXELS/Gratisography

Ternyata memang sebaiknya tambah umur jangan serta merta merubah  kebiasaan, terutama kebiasaan bergaul khususnya gaya bicara kita dengan teman lama. Maksudku meski kita sekarang sedang "remaja", ternyata bicara ceples ceplos kaya jaman sekolah era "remaja betulan" itu dulu tetep nikmat. Bener2 jos, dan menghilangkan stres, kita bisa tertawa lepas lupa usia.

Ahad sore lalu, karena kendaraan roda empat kami dibagian bawah ada bunyi2 aneh ketika dikendarai,  sebelum di bengkel in, kusempatkan dulu mencari tahu penyebabnya. Kubuka pintu pagar rumah, mobil kuparkir dengan pantat menjorok keluar pagar, dengan maksud bahwa dengan cara seperti itu  diharapkan "penyakit" si mobil  segera kutemukan. Setelah mobil dengan posisi handrem "on", kugelar tikar dan langsung aku ngolong, glosor dibawah mobil, dengan posisi menghadap keatas sambil  pegang lampu senter. Agak lama juga aku ngolong, dengan menggoyang2 bagian2 onderdil mobil dikolong yang ada kemungkinan menjadi sumber bunyi itu.

Lagi asik mendiagnosa penyakit bawah mobil, tiba2 terlihat ada sepasang sepatu laki2 mendekati ku. "Abu, . . . . .  koen laopo turu ndik ngisor montor, kasurmu amoh tah ,  . . . opo lagek nesuan ambek bojo . . . . . . . ?  (Abu, ngapain kamu tidur dibawah mobil, kasurmu hancurkah , atau kamu lagi marahan sama istri  . . . .?). Terdengar suara berat seorang laki2 bertanya. Tanpa kuterka siapa pemilik suara berat itu, karena dari gaya kalimatnya yang slenge'an, spontan aku menjawab juga dengan bahasa yang sama, slenge'an juga ; " . . . . . .  gak ngono se, . . . . . iki aku lagi ndelok , . . . . .  mobil iki lanang tah wedok, . . . polahe aku lali . . . . . . . ..(  . . . tidak begitu sih . . . .  ini aku lagi ngliat, . . . . . mobil ini laki2 apa perempuan, . . .  karena aku sudah lupa".  " Wk wk wk wk wk wk . . . . . . . . . diyamput. . . .  diyamput" suara berat laki2 ngakak mendengar jawabku.

Krengkelan, aku keluar dari kolong mobil, terlihat laki2 dengan janggut two tone (mulai beruban), dengan sorot mata tajamnya. Dia langsung memberi salam dan menjabat tanganku. Kami berpelukan. Ternyata tamuku adalah  Gimul (nama orisinilnya  malah aku sudah lupa sih), dia  seorang cina, eh tionghoa teman  kuliah, di "singapur" dulu.

" . . . . . .Eh, gimul, karo sopo koen toko mrene ? "

" . . . . . . Delok en tah aku dewe an  nrene iki, tapi e  karo gowo endog, . . .  yoiku . . . .  aku gowo endoge morotuwo", jawabnya sambil tangannya menunjuk ke seorang perempuan yang sedang turun dari mobil.

(". .. . . . Eh Gimul, sama siapa kamu datang kesini ? ").

(" . . . . . . Lihat lah aku sendirian kesini, tapi aku membawa telor,  . . .  itu . . . .  aku membawa telornya mertua").

Di kunjungi teman lama, kita jadi merasa seperti "dulu", itu mungkin salah satu kenikmatan silaturohim, sebuah amalan yang oleh tuntunan diperintahkan untuk jangan sampai terputus. Karena silaturohim "memperpanjang usia", sebuah ungkapan yang punya arti sangat dalam.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun