Mohon tunggu...
Hanif Ahmad
Hanif Ahmad Mohon Tunggu... Koki - Bekerja sebagai Head Pastry Chef

Shilaturahmi dengan menulis di RPHA Cianjur/Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Hobby

Menjadi Staff Kerena Peran Senior

20 Juli 2022   03:22 Diperbarui: 20 Juli 2022   07:31 108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerita Koki Dapur Pastry (foto hanif ahmad) 

Cerita Koki Dapur Pastry

Oleh : Hanif Ahmad

Perjalanan PKL di dapur pastry telah banyak membuka wawasan ilmu baru yang sebelumnya tidak diketahui. Dengan terjun ke dunia kerja yang sebenarnya memberi gambaran lebih lengkap tentang jenis keterampilan memasak ini.

Seperti anggapan bahwa dapur pastry itu hanya untuk perempuan misalnya. Pada kenyataanya staff yang ada di dalamnya hampir 50 persen seimbang dengan staff laki-laki. Bahkan rata-rata yang menjadi head pastry itu lebih banyak laki-laki.

Ini sangat wajar sekali karena tingkat beban fisik pekerjaanya pun memang bisa dibilang cukup berat. Seperti untuk membuat sebuah cake ukuran 40 x 60 cm rata-rata memiliki berat 10 kg, adonan ice cream sekali membuat bisa 15 liter, adonan roti sekali membuat bisa 10 kg, adonan almond cookies 10 kg, bahkan adonan ginger bread bisa mencapai 25 kg. Belum lagi bahan-bahan seperti 1 bal tepung 25 kg, begitu juga menarik atau mendorong satu troley cake hasil produksi cukup berat adanya.

Maka ketika ada staff perempuan yang kebetulan sedang hamil, tidak ditugaskan di bagian yang angkat berat berat seperti di dapur pastry, tetapi dialihkan menjadi bagian administrasi atau di rolling ke departemen  yang lebih ringan.

Perjalanan PKL tidak terasa sudah hampir enam bulan, termanjakan oleh kesibukan keseharian. Masih banyak kekurangan ilmu yang didapat, sehingga saya mengajukan permohonan ke kampus untuk ijin memperpanjang training program tambahan selama tiga bulan. Dan dari pihak hotel juga membolehkan, alhamdulillah.

Berada dalam satu team yang baik juga bagian dari keberuntungan. Sehingga proses belajar sebagai seorang trainee cukup terlayani dengan baik. Karena adakalanya di tempat pekerjaan akan lebih sulit jika berada dengan team yang tidak cocok. Ini seolah-olah lebih berat dari mengangkat satu bal tepung, he he he.

Jika satu keadaan sudah tidak sehat, maka segala hasilnya pun akan tidak maximal, seperti anggota team yang datang tidak tepat waktu atau ada pekerjaan yang tidak selesai, menyikapi komplain yang tidak sehat atau tidak ada solusi jika ada produksi yang gagal. Saling berprasangka buruk adalah cikal bakal dari huhungan itu menjadi kurang baik dalam sebuah team dimanapun.

Alhamdulillah team dapur pastry saat saya training ini tidak terjadi demikian, sehingga aktifitas pekerjaan terus berlangsung dengan segala tantangan kesulitan yang berbeda beda setiap waktunya.

Sebuah pekerjaan bisa jadi sebuah kesenangan bila kita bisa menikmati prosesnya. Setiap kesulitan itu beban tetapi dibarengi adanya jalan keluar sebagai solusinya. Setiap hasil produksi atau pelayanan yang bisa memuaskan tamu adalah sebuah kekuatan di dunia perhotelan, termasuk dapur pastry di dalamnya. Sehingga jika keadaan dapur tidak sehat secara pribadi atau team, bagaimana bisa menyehatkan atau bisa melayani dengan baik untuk para tamu sebagai sumber income satu satunya.

Akhirnya selama sembilan bulan saya melaksanakan training di dapur pastry. Cukup bekal pengalaman yang dimiliki sebagai proses pembelajaran yang tidak boleh berhenti. Dan yang paling beruntung adalah saat itu saya ada dalam team yang tepat.

Kenapa demikian ?

Karena saat saya akan selesai melaksanakan program training, beberapa staff resign untuk memilih tantangan yang baru. Sehingga terjadi kekosongan sumber daya untuk team pastry.

Maka disinilah peran para senior pastry dan supervisor saat itu yang saya bilang sangat baik sekali. Berupaya mengajukan saya untuk menjadi staff permanen di dapur pastry.

Jadi sebenarnya bukan karena pekerjaan saya lebih bagus. Tetapi yang lebih berperan adalah karena adanya kebaikan team senior dan supervisor di pastry saat itu yang menjadikan saya alhmadulillah bisa langsung menjadi karyawan tetap setelah melawati proses belajar selama sembilan bulan sebagai trainee.

Entahlah saat itu tidak ada interview atau melengkapi lamaran, tahu tahu jadi staff permanen. Yang terjadi adalah saya harus libur dulu selama seminggu setelah selesai training kalau mau promosi menjadi staff permanen. Waktu itu tidak ada istilah casual atau daily worker sepertinya.

Seandainya saat itu saya tidak menjadi staff permanen. Barangkali belum tahu saat ini apakah saya bisa axis dibidang dunia dapur pastry ?

Untuk itu saya mengucapkan banyak terimakasih kepada team senior dan team supervisor pastry yang telah menjadikan saya sebagai staff permanen pastry pada waktu itu.

***

Nah pemirsa bagaimana pengalaman saya sebagai staff pastry untuk selanjutnya, pengalaman dan ilmu apa yang bisa diceritakan dalam kisah ini. Jangan ketinggalan simak terus dalam bab berikutnya, terimakasih sudah menyimak.

........bersambung.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun