Mohon tunggu...
Hanif Ahmad
Hanif Ahmad Mohon Tunggu... Koki - Bekerja sebagai Head Pastry Chef

Shilaturahmi dengan menulis di RPHA Cianjur/Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cinta yang Menggantikan Takut

18 Desember 2020   05:47 Diperbarui: 4 November 2021   06:18 278
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cinta Yang Menggantikan Takut (foto : Hanif Ahmad) 

Abah Nata :
Dalam setiap pilihan cinta yang benar, maka akan ada kamampuan mengikis segala jenis kebencian dan ketakutan.

Anah Lajnah :
Kalau misalkan kita itu takut sama Allah Ta'ala, bagaimana abah ?

Abah nata :
Kalau kita benar-benar cinta, dengan sendirinya akan menghilangkan rasa takut Anah. Rasa takut itu tidak mau untuk bersama, gak mau dekat, yang menakutkan itu lebih baik tidak ada, seperti itu bawaan keadaan hati manusia. Rasa takut juga yang akan berdampak trauma dan stress.

Anah Lajnah :
Tapi sepertinya kata takut kepada Allah itu dalam makna yang positif, agar timbul kehatihatian Abah.

Abah Nata :
Boleh Anah, tetapi sebaiknya kata takut itu tidak digunakan, karena bisa jadi akan mematikan kreatifitas dan sangat sulit untuk percaya diri. Mau apa-apa takut, sebentar-sebentar takut, iya kan...? iya dong....? xixixi.

Anah Lajnah :
Kalau seseorang tidak ada rasa takut, nanti malah sombong Abah.

Abah Nata :
Setiap perasaan yang Allah Ta'ala berikan kepada kita, adalah agar kita mampu mengelolanya menjadi segala sumber kebaikan sesuai akal dan budi pekerti. Orang takut hujan kemudian bawa payung, seperti demikianlah akal budi yang wajar terjadi. Penggunakan kata takut dalam hal ini sangat tepat Anah.

Anah Lajnah :
Jadi kalau takut sama Allah Ta'ala boleh dong Abah ? Agar kita waspada dan hati-hati dalam menjalankan perintah dan larangan-Nya.

Abah Nata :
Bagaimana kalau kalimatnya bukan menggunakan kata takut, tapi dengan kata cinta, coba bisa gak Anah !!

Anah Lajnah :
Diganti dengan kata cinta ?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun