Penulis : Hanif Ahmad
Anah Lajnah :
Abaah, Anah mau bertanya. Apa hikmah bahwa manusia itu memiliki amarah ?
Abah Nata :
Segala bentuk potensi yang dimiliki oleh manusia pada dasarnya adalah agar terciptanya kemajuan Anah !
Anah Lajnah :
Apakah bisa manusia itu menuju kemajuan dengan amarah itu ?. Bukannya dengan amarah itu seseorang sedang menunjukan kelemahannya Abah ?. Sebuah kelemahan bahwa ia tidak bisa mengendalikan emosinya.
Abah Nata :
He he he  tidak demikian Anah, sekali lagi Abah katakan bahwa setiap potensi yang ada di dalam diri manusia itu, tujuannya untuk kemajuan Anah. Jika sebuah amarah ditempatkan dengan cara yang baik, waktu yang baik. Maka amarah itu menjadi sebuah kebaikan. Tidak semua amarah itu harus ditampilkan dengan kata atau sikap kasar tetapi disiasati oleh sikap positif dalam ketegasan, focus atau keseriusan.
Anah Lajnah :
Tapi Abah kalau amarah itu dijadikan seperti itu. Darimana orang lain bisa mengenal sifat amarah dengan kekasaran baik sikap atau kata-kata ?
Abah Nata :
Baiklah Anah, Seseorang marah itu pasti ada sebabnya atau punya tujuan tertentu. Kalau pemain sinetron, maka amarahnya itu adalah sandiwara. Kalau seorang bapak marah kepada anaknya, maka marahnya itu adalah kasih sayang. Kalau seorang atasan marah ke bawahan, maka tujuannya adalah agar ada perbaikan.
Anah Lajnah :
Berarti dengan demikian amarah itu boleh ya Abah ?
Abah Nata :
Tidak ada seorang pun di dunia ini, ingin marah-marah. Setiap orang itu ingin bahagia selamanya. Jadi kita selaku makhluk yang berbudi akal, harus perupaya jauh lebih dalam membuat persiapan sehingga semakin sedikit sebuah kesalahan bisa terjadi. Yang akan mengakibatkan kita atau siapa pun menjadi marah-marah.
Anah lajnah :
Baiklah Abah siap 86