Selasa siang kemarin 24 November 2015 saat melewati wilayah Kecamatan Ambunten Kabupaten Sumenep saya bersama seorang teman berteduh di teras sebuah rumah di pinggir jalan karena saat itu wilayah tersebut diguyur hujan. Beberapa menit kemudian juga ikut berteduh dua orang yang ternyata berprofesi sebagai guru. Sambil menunggu hujan reda kamipun mengobrol. Bapak guru ini berasal dari Desa Kalianget Timur yaitu sebuah desa paling ujung di daratan pulau Madura dan mengajar di SDN di sebuah desa di wilayah Kecamatan Pasongsongan yang letaknya berbatasan dengan Kabupaten Pamekasan.
Saya merasa kaget mendengar cerita dua orang guru ini, ternyata mereka berdua setiap hari pulang pergi dari Kalianget ke Pasongsongan. Ini sangat luar biasa menurut saya karena jarak yang harus ditempuh bapak-bapak guru ini sangat jauh.
“Jika Bapak setiap hari pulang berapa jam perjalanan itu Pak ?,” Tanya saya.
“Kurang lebih 1 jam 20 menit dik, dengan jarak lebih dari 50 km,” jawab Bapak Guru ini.
Wah, bisa dibayangkan setiap hari dua orang guru ini harus menempuh jarak sejauh itu. Dengan jarak 50 km saja dalam 2 hari perjalanan yang harus ditempuh oleh mereka adalah 200 km. Ini berarti lebih jauh dari jarak antara Kalianget – Surabaya yang hanya 166 km.
Guru-guru ini juga bercerita bila musim hujan tak jarang mereka sampai di rumah saat adzan maghrib. Bisa dibayangkan betapa lelahnya mereka setiap hari menempuh jarak sejauh itu.
“Ngomong-ngomong Bapak sudah berapa lama bertugas di SDN tersebut Pak ?,” Tanya saya penasaran.
“Masih baru kok Dik, baru 22 tahun,” Jawab Pak Guru sambil tersenyum.
“Haa….,” saya tersentak tak percaya.
Semoga Tuhan memberi kesehatan dan kekuatan pada guru-guru seperti mereka
Salam dari ujung timur Madura
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H