Mohon tunggu...
Abu Jamiledy
Abu Jamiledy Mohon Tunggu... -

Orang desa yang ingin terus belajar

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kisah Si Tua Rentah di Negeri Tercinta

2 Oktober 2015   13:20 Diperbarui: 20 Oktober 2015   21:30 515
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Namanya Sarmi, perempuan rentah ini tinggal di sebuah dusun di Desa Pinggirpapas Kecamatan Kalianget Kabupaten Sumenep. Betapa sangat mengiris hati kisah ibu yang satu ini. Selama puluhan tahun beliau hidup seorang diri, sebelumnya dia punya seorang anak dan dua orang cucu. Anak  Ibu Sarmi bernama Maryam, saat masih kecil Maryam sudah ditinggal oleh sang ayah dan menjadi yatim.

Maryampun tumbuh menjadi seorang gadis cerdas dan cantik di desanya, saat di bangku sekolah dia sering dapat nilai tinggi, tak heran jika banyak lelaki yang tertarik akan kecantikannya. Saya tahu persis karena dia adalah teman sekolah saya saat masih duduk di bangku sekolah dasar. Selepas menamatkan pendidikan di sekolah dasar gadis cantik ini tidak melanjutkan sekolah karena faktor ekonomi. Selang beberapa waktu kemudian Maryam menikah dengan seorang lelaki yang masih satu kampung dan tinggal bersama ibunya yaitu Ibu Sarmi. Pasangan ini kemudian dikaruniahi dua orang anak laki-laki, mereka hidup seperti kebanyakan masyarakat lainnya.

Duka mulai datang tatkala Maryam jatuh sakit selama berbulan-bulan dan pada akhirnya Allah memanggilnya. Maryam tutup usia saat masih muda dan meninggalkan orang-orang yang dicintainya. Setelah Maryam meninggal sang suami pulang ke rumah orang tuanya. Tinggallah saat itu Ibu Sarmi beserta dua orang cucunya yang masih kecil.

Duka belum berakhir, disaat ibu Sarmi masih terngiang-ngiang dan kehilangan Maryam tak berapa lama cucunya yang kedua juga mengikuti sang ibu menghadap Ilahi, tak sampai disitu beberapa tahun kemudian cucunya yang pertama juga turut serta meninggalkannya sendirian. Lengkap sudah derita ibu Sarmi, dia ditinggalkan orang-orang terkasih dalam hidupnya. Akhirnya kini selama bertahun-tahun perempuan tua ini hidup seorang diri. Dia sempat menjadi buruh garam sebelum akhirnya mengundurkan diri karena merasa tidak kuat lagi dengan pekerjaan di tengah teriknya sang matahari. Saat ini dia hanya makan dengan mengandalkan belas kasihan  orang-orang di sekitarnya.

Di usianya yang sudah senja beliu hidup sendirian di sebuah rumah yang jauh dari kesan layak. Tak ada langit-langit di rumah ini, dinding rumah yang terbuat dari anyaman bambu banyak terdapat lubang disana-sini dengan ditambal benda seadanya. Saya membayangkan ketika malam hari betapa sangat dingin rasanya angin malam dan saat hujan datang.


Di rumah kecil ini terdapat tiga ruangan yaitu ruangan depan, sebuah kamar berukuran kecil dan ruang dapur yang sangat sempit di bagian belakang. Di ruangan depan terdapat sebuah amben yang digunakan sebagai tempat tidur dan dua buah kurni kuno. Sementara di ruangan kamar terdapat sebuah lemari kuno nan kusam dan ranjang yang tidak ditempati, di ranjang ini terdapat beberapa bantal yang sudah dikemas dalam karung.

Bantal-bantal ini dimasukkan kedalam karung karena khawatir dicabik-cabik tikus. Sedangkan dibagian belakang terdapat ruang yang sangat sempit sebagai dapur. Tak ada tabung elpiji di tempat ini, yang ada hanya tunggu perapian dari bongkahan batu  dan kayu bakar serta sebuah gentong air. Ruangan ini sangat kusam dan kehitaman terkena asap api setiap hari.  Saat saya memasuki dapur di rumah ini terlihat  seekor ayam meloncat keluar dari lubang yang terdapat di dinding, maklum saja lubang terdapat disana-sini. Untuk penerangan wanita tua ini mengandalkan belas kasihan tetangga sebelah yang rela menyumbang sebuah lampu untuk penerangan dan rela memberi air untuk kebutuhan sehari-hari.

Sungguh sangat menyentuh hati nasib perempuan tua ini, saat saya menemuinya air mata saya tak terbendung melihat sandal yang dipakainya sudah putus talinya tapi beliau tetap memakainya dan tali sandal tersebut diikat dengan tali kecil.

Ya Allah.. semoga beliau diberi ketabahan dan kelak ditempatkan di tempat terbaik .

 

Catatan Rakyat Jelata

Salam dari ujung timur Madura

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun