Beberapa bulan sebelum Pemilu di sebuah desa di wilayah Madura seorangUtusan salah satu caleg berinisial S mendata dan mengambil FC KTP warga. Dan Sang Utusan ini berkata :
"Data ini dibutuhkan Caleg untuk mengukur seberapa besar dukungan dan untuk memastikan agar nanti pemberian uang tidak salah sasaran. Jangan khawatir Caleg saya ini akan memberi melebihi yang lain, jika calon lain memberi 20 ribu maka kami siap memberi 25 ribu. Dan apabila beliau tepilih akan menyediakan fasilitas yang gratis untuk warga miskin dan beliau siap membantu apapun yang masyarakat inginkan. Pencairan akan dilakukan 2 atau 3 hari sebelum pemilihan" kata sang Utusan meyakinkan
Waktu terus berjalan dan beberapa hari menjelang pemilu salah satu warga yang didata berinisial I yang juga merupakan kerabat S menelpon. Karena belum juga turun dana yang dijanjikan Sang Utusan mengajak warga yang menelepon tadi menghadap Caleg. Percakapan di rumah calegpun terjadi
Utusan (S) : "Gimana nich Pak, saya jadi malu sama masyarakat, soalnya sudah kadung mendata..??"
Caleg : "Maaf Mas ditunggu saja dulu, sampai sekarang saya ini belum dapat dana dari atas dan saya sedang berusaha menggadaikan mobil dan sepeda motor.”
Utusan (S): “Lalu gimana dong, apa kita harus pulang dengan tangan hampa..?? gini aja saya kebetulan membawa perwakilan warga silakan sampeyan ngomong sendiri.”
Sang Calegpun menoleh kepada warga yang dibawah oleh Sang Utusan.
Caleg : “Tenang dulu ya Pak, tetap kita usahakan. Oh ya kalau 10 ribu gimana kira-kira..??
Warga (I): “Waduh, Bapak ini gimana sih.., kita sudah menolak pemberian orang lain sebesar 20 ribu, masa Bapak dibawah itu..?? kan gak sesuai kesepakatan..???”
Caleg: Iya, kami minta maaf, bagaimana kalau 15 ribu ?.”
Semua tertegun sejenak, Setelah berfikir dan tawar menawar cukup lama akhirnya Sang Utusan (S) dan juga warga (I) Setuju. Daftar nama yang sudah di data sebanyak 70 orang, namun karena Sang Caleg juga uangnyanya pas –pasan akhirnya hanya dapat memberikan uang sebesar 750 ribu, sementara sisanya dalam bentuk kaos. Akhirnya mereka pulang dan di tengah jalan kedua orang ini bermusyawarah. Warga I sebenarnya juga kasihan pada utusan Caleg (S). Setelah bermusyawarah diputuskan hanya Utusan S dan keluarganya yang diarahkan memilih Sang Caleg mengingat uang yang diberikan Caleg lain lebih besar. Sementara uang sisa dikembalikan kepada sang Caleg 1 hari setelah Pemilu.
Wah, ternyata rakyat negeri ini masih banyak yang jujur dan amanah, terbukti mereka mau mengembalikan uang yang tidak sepantasnya mereka terima. hanya saja Pemimpin dan Wakil mereka yang seringkali "Tak Tahu Diri" dan mengajarkan hal yang Tidak Benar.
Sumenep 11 April 2014
Abu Jamiledy
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H