Mohon tunggu...
Abuifan
Abuifan Mohon Tunggu... Editor - I am just me

Just me and my life https://amanahsolution.com/me

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ahli Pemrograman terbaik Yang Pernah Saya Kenal, Namun Tidak terendus Raksasa Teknologi

6 Juli 2015   03:20 Diperbarui: 9 September 2015   13:56 513
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kemudian ada lagi karya bikinan dia. Sebuah startup berbasis marketing menggunakan sms berhasil dia buatkan aplikasinya. Dimana salah satu teknologi startup ini adalah mampu mengontrol server sms offline dari website online. Cukup luar biasa bukan.

Namun dengan seabrek prestasinya tersebut secara duniawi ya biasa-biasa saja tampaknya. Kekayaan meman tidak selau berbanding lurus dengan prestasi. Mungkin kekurangan satu-satunya yang dia miliki adalah tidak mampu memberikan harga yang pantas. Ketika diberi harga rendah ya mau saja. Manajemen butuh mungkin. Kasihan juga. Sehingga biasanya pas selesai proyek pas habis pula dananya. Keuntungan tidak seberapa. Saya sempat berujar kepadanya : “mungkin cocoknya kamu ini bekerja di Oracle atau SAP sehingga kemampuanmu itu akan mendapatkan penghargaan yang sepadan.”

Dia hanya tersenyum kecil dan menjawab, “baik menurut manusia belum tentu baik yang sebenarnya.”

Demikianlah sedikit cerita tentang dirinya. Seorang ahli desain sistem dan sekaligus pembuatannya namun luput dari pantauan. Mungkin karena orangnya yang memang tidak mau atau bisa juga karena memang benar-benar tidak ada perusahaan besar yang bisa mengendus. Gimana mau mengendus lha wong dianya tidak mau tampil.

Sering saya presentasi ke klien bersamanya. Biasanya banyak orang yang sinis kepadanya di awal-awal. Biasanya orang-orang akan lebih mengarahkan pandangan kepada saya. Namun ketika sudah masuk ke sesi diskusi sistem, mata-mata mereka seakan terbelalak ketika setiap pertanyaan dan “serangan” mereka berhasil dengan mudah dijawab dan dijelaskan dengan sangat baik olehnya. Dan merekapun menjadi lebih respek. Malah saya yang sering kemudian dicuekin. Ya sudahlah.

Tau mengapa mereka awalnya tidak respek? Karena dia kemana-mana selalu memakai cadar.... ya cadar yang menutupi wajahnya diantara balutan jilbab besar gelap yang menyamarkan seluruh tubuhnya. Ya dia adalah seorang wanita.

Jangan dikira wanita bercadar itu kuno, tradisional, atau fundamentalis. Ternyata ini salah satu contoh wanita bercadar namun seorang pakar IT. [caption caption="Ilustrasi wanita bercadar"][/caption]

 

 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun