Mohon tunggu...
Abu Ga
Abu Ga Mohon Tunggu... lainnya -

take it easy, make it simple and life is beautiful

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Rembulan Malam

23 September 2015   01:08 Diperbarui: 23 September 2015   01:28 406
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Menikmati semilir laut menembus diantara ranbut yang sudah memutih. Sinar rembulan menembus birunya laut dan meuncul kembali seperti lukisan seorang gadis sedang menari dengan irama kelembutan. Aku semakin terdiam terhipnotis seperti memasuki lorong waktu menyusuri jengkal demi jengkal kehidupan.

Adalah burung camar dan membangunkan lamunan dengan nyanyian tentang masa lalu. Yang lalu memang tak akan pernah kembali dan semakin jauh akan meninggalkan kita. Setidaknya ia akan lewat kemudian menarik ujung bibir kita untuk tersenyum. Entah getir atau manis  arti senyuman itu hanya hati sendiri yang bisa mengartikan.

Lampu-lampu kapal tak mampu mengurangi keindahan rembulan malam ini. Dalam banyak cerita rembulan identik dengan gadis, gadis identik dengan kecantikan. So kalau demikian (pinjem ungkapan Mario Teguh) rembulan itu cantik, meskipun kata  bunda Rita Sugiarto, juri D'Academy Indosiar bulan tidak secantik dulu lagi. Ini setelah Neil Amstrong dan kawan-kawan bersa'i di permukaan bulan sehingga bopeng-bopengnya jelas terlihat dari bumi. Tak perlu membantah fakta ini karena ini hanyalah sebuah fiksi.

Seorang lelaki paruh baya erdiam di ujung dermaga. Menikmati ombak-omak kecil berjalan sekan tiada habisnya. Seperti itulah kehidupan. Ia akan terus berjalan sampai dibibir pantai lalu berhenti.

Kembali terdiam sambil menikmati secangkir kopi dan mencoba mengahapal lirik lagu Rembulan Malam. Ingin kuhadiahkan syair demi syair untuk rembulan dihatiku. Ya ..........dihatiku dan siapapun itu kau tak boleh cemburu. Karena keindahan tak perlu dicemburui ia hanya perlu diteladani.

**

Dirimu bagaikan rembulan

Di malam yang sepi purnama bersinar menerangi hati

aku damba engaku bersemayam di hati walau dalam mimpi

Tetapi mungkinkah rembulan malam berpijak di bumi berdebu


Reff :

Sungguh diriku tak kuasa menahan gejolak dihatiku

Yang semakin lama semakin menjadi

Begitu ingin kusampaikan rasa cinta ini yang mendalam tetapi tak mampu bibirku berkata

Mengharap kasih yang tak sampai

*

Dirimu bagaikan rembulan

Di malam yang sepi purnama bersinar menerangi hati

*

Terima kasih mbak Evi Tamala yang sudah menemani malamku.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun