Ebiet G. Ade adalah salah satu penyanyi yang melekat dalam hidup saya. Lirik lagunya banyak yang saya hafal di luar kepala terutama yang terangkum dalam album Camelia I - IV. Alasannya sederhana saja. Di masa itu tidak banyak pilihan lagu-lagu bagi saya. Lain dengan pemuda jaman sekarang yang dibanjiri oleh lagu-lagu baik dari album solo maupun band. Baik dalam negeri maupun dari manca negara. Kembali ke Ebiet G. Ade . Bagi saya lagu beliau mempunyai isi yang beragam mulai dari hubungan cinta anak muda, keharmonisan hubungan keluarga, hubungan kepada alam, hubungan kepada Sang pencipta hingga lirik lirik yang sarat dengan filsafat kehidupan. Lagu-lagu beliau masih sangat relevan dengan jaman ini. fenomena bencana alam di negeri kita akhir - akhir ini terangkum dalam lagu 'Berita Kepada Kawan' yang menjadi hit di era 70-an. Lagu yang menangkap sebuah realita perubahan alam seakan seirama dengan apa yang kita hadapi akhir-akhir ini. Selengkapanya lirik tersebut adalah demikian:
Perjalanan ini Trasa sangat menyedihkan Sayang engkau tak duduk Disampingku kawan
Banyak cerita Yang mestinya kau saksikan Di tanah kering bebatuan
Tubuhku terguncang Dihempas batu jalanan Hati tergetar menatap kering rerumputan
Perjalanan ini pun Seperti jadi saksi Gembala kecil Menangis sedih ...
Kawan coba dengar apa jawabnya Ketika di kutanya mengapa Bapak ibunya tlah lama mati Ditelan bencana tanah ini
Sesampainya di laut Kukabarkan semuanya Kepada karang kepada ombak Kepada matahari
Tetapi semua diam Tetapi semua bisu Tinggal aku sendiri Terpaku menatap langit
Barangkali di sana ada jawabnya Mengapa di tanahku terjadi bencana
Mungkin Tuhan mulai bosan Melihat tingkah kita Yang selalu salah dan bangga dengan dosa-dosa Atau alam mulai enggan Bersahabat dengan kita Coba kita bertanya pada Rumput yang bergoyang.....................
Anugrah dan bencana adalah kehendaknya. Ini bukan hukuman seperti yang banyak diutarakan oleh sebagian dari kita. Dari keduanya kita memperoleh berkah akan keimanan. Apaun isi dunia dan fenomena alam ini sejatinya hanya godaan keimanan kita akan keberadaanNYA. Kalau bencana itu karena dosa manusia masih banyak belahan dunia yang maksiatnya jauh di atas negeri kita. Ini kalau ukuran agama yang kita pakai. Marilah kita akhiri persilangan pendapat yang mengidentikkan bencana sebagai hukuman Tuhan. Kalau lah itu hukuman anggap saja hukuman atas kelalaian kita menjaga alam dan mengamati tanda-tanda perubahannya.
Di tahun 80-an Ebiet juga mengajak kita untuk merenungi perjalanan hidup kita. Melenjangi diri dan membersihkan diri dari lumpur dosa. Kemudian lebih sering bercermin diri sebelum menyalahkan orang lain, alam dan Tuhan. "Tuhan ada di sini di dalam jiwa ini, berusahalah agar Dia tersenyum" adalah syair favorit saya. Jikalau manusia sudah bisa membuat Tuhan tersentun atas segala yang diusahakan maka begitu juga alangkah manusia sekitarnya dan alam semesta. Mari kita renungkan bersama lirik berikut ini.
Kita mesti telanjang dan benar-benar bersih Suci lahir dan di dalam batin Tegaklah ke dalam sebelum bicara Singkirkan debu yang masih melekat 2x
Anugerah dan bencana adalah kehendakNya Kita mesti tabah menjalani Hanya cambuk kecil agar kita sadar Adalah Dia di atas segalanya 2x
Anak menjerit-jerit, asap panas membakar Lahar dan badai menyapu bersih Ini bukan hukuman, hanya satu isyarat Bahwa kita mesti banyak berbenah
Memang, bila kita kaji lebih jauh Dalam kekalutan, masih banyak tangan Yang tega berbuat nista... oh Tuhan pasti telah memperhitungkan Amal dan dosa yang telah kita perbuat Kemanakah lagi kita kan sembunyi Hanya kepadaNya kita kembali Tak ada yang bakal bisa menjawab Mari, hanya tunduk sujud padaNya
Kita mesti berjuang memerangi diri Bercermin dan banyaklah bercermin Tuhan ada di sini di dalam jiwa ini Berusahalah agar Dia tersenyum... oh Berubahlah agar Dia tersenyum
Salam
Â
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H