Mohon tunggu...
Abubakar Ahmad
Abubakar Ahmad Mohon Tunggu... Freelancer - Business Analyst in Falinwa Indonesia

Merupakan Orang Yang Kritis Terhadap Sesuatu

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Sampah, Kantong Kain, dan Kartun Pagi

15 September 2020   16:03 Diperbarui: 15 September 2020   17:40 384
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kantong belanja kain Sumber gambar: yunru-bag.com

Tulisan ini memang saya sengaja buat di tengah maraknya berbagai pemberitaan tentang virus corona. Jadi mungkin anggaplah saya sedang mengalihkan isu ke dalam isu yang penting ga penting untuk dibahas.

Ok, jadi kalian sudah tahu kan kantong belanja yang terbuat dari kain? Katanya sih untuk mengurangi sampah plastik yang sudah sangaaat menumpuk. 

Pada masa awalnya saya tahu mengenai kantong kain ini adalah saat saya menghadiri konferensi iklim di Jakarta. Di sana membahas tentang paris agreement tentang perubahan suhu bumi yang harus ditekan dibawah 2 derajat celcius.

Setelah acara utama selesai, saya masuk ke dalam acara lain bisa dikatakan sub event tentang pentingnya mengurangi sampah plastik sekali pakai. 

Dalam acara itu juga sampai dijelaskan bahwa plastik biodegradable berbahaya bagi ekosistem laut. Plastik yang mudah terurai justru akan lebih mudah dimakan oleh ikan.

Akibatnya daging ikan menjadi mengandung plastik. Belum lagi bahan baku yang dibutuhkan adalah tanaman yang akan memakan lahan yang sangat luas. Hal tersebut ditakutkan mengganggu ekosistem yang ada. 

Yah, yang saya tangkap dari acara itu begitu kira-kira. Mulai dari sanalah wacana untuk melarang kantong plastik pada retail modern seperti indom**t dan al*amart dan lainnya mulai digalakkan.

Yap benar saja beberapa bulan dari acara, wacana meniadakan kantong plastik mulai diberlakukan secara bertahap. Mulai dari plastik yang berbayar diberlakukan, saya ingat waktu itu plastik berbayar 500 rupiah setiap kantongnya. Namun kebijakan ini dianggap kurang efektif karena harganya yang terlalu murah. 

Beberapa pihak mulai mempertanyakan kebijakan ini terutama bagi produsen plastik. Akhirnya kebijakan ini lama-kelamaan mulai pudar. Beberapa waktu setelahnya ada kebijakan bahwa harga kantong plastik akan dinaikkan. Hmm namun memang lagi-lagi kenaikan harga tersebut tidak mempengaruhi secara signifikan jumlah penggunaan kantong plastik. Beberapa tahun berlalu dengan kebijakan yang masih belum jelas.

Barulah tahun 2020 ini di Jakarta melakukan pelarangan secara masif bahwa retail modern tidak boleh menyediakan kantong plastik sekali pakai, penggunaan kantong plastik akan digantikan dengan kantong yang berbahan dasar kain atau biasa kita sebut totebag. Pelarangan ini cukup tegas dan tertuang dalam peraturan gubernur DKI. Cukup bijak menurut saya, dan hasilnya banyak orang yang membawa totebag dari rumah atau bahkan jika belanja hanya dibawa dengan tangan saja.

Saya awalnya berpikir,” wah ini mungkin merupakan langkah bagus untuk bisa mengurangi pencemaran lingkungan di sekitar kita. Seiring waktu warga mulai terbiasa membawa kantong belanja kain. Nah disinilah awal mula kecemasan baru muncul dalam diri saya.

Pada suatu pagi saya menonton salah satu kartun yaitu Bare Bear. Dalam episode tersebut menampilkan tentang para beruang yang awalnya memakai kantong plastik, dipaksa memakai kantong belanja kain. Mereka tentu saja menolak, namun karena barang belanjaan mereka banyak. Terpaksa mereka menerima dan membeli kantong belanja kain tersebut. 

Mereka keluar dari supermarket dengan perasaan riang. Di perjalanan ternyata kantong belanja tersebut membawa keberuntungan pada mereka. Mulai dari ditawarkan barang diskon, eskrim gratis, perlakuan spesial dari orang-orang dan masih banyak lagi keuntungan yang mereka dapatkan. 

Mereka yang senang dengan kantong belanja ini terus menerus membeli barang ini. Sampai pada akhirnya kantong belanja ini menumpuk menjadi gunung dalam rumah goa mereka. Setelah didesak oleh seseorang untuk keluar gua mereka, barulah mereka sadar bahwa perbuatannya telah mencemari lingkungan yang ada.

Dari sini saya terpikirkan, bahwa bisa saja nasib dari kantong belanja dari kain ini bernasib seperti kantong plastik yang digunakan sebelumnya. Mulanya untuk mengurangi ketergantungan dari barang sekali pakai, setelah lama kelamaan barang tersebut menjadi limbah juga yang mencemari lingkungan karena hanya digunakan sekali pakai juga. 

Lalu bagaimana ya baiknya agar kejadian ini dapat dicegah atau minimal dikurangi dampaknya?

Menurut saya yang harus dilakukan adalah membangun dan memoderenkan tempat pengolahan sampah. Hukum kekekalan materi itu berlaku dan saya yakin setiap materi yang manusia gunakan, pada akhirnya akan jadi limbah tidak terpakai. Harus dipikirkan bagaimana cara mengolah materi tersebut agar dapat di rotasikan penggunaannya. 

Maksudnya, sekarang kita mengenal istilah recycle atau biasa disebut daur ulang. Biasanya dalam konsep daur ulang mengubah material tidak terpakai menjadi material lain yang berguna yang dapat dipakai. 

Menurut saya perlu prinsip lain dalam pengolahan sampah ini. Merujuk pada hukum kekekalan materi, bahwa materi tidak dapat dimusnahkan dan hanya dapat menjadi bentuk lain maka saya mengusulkan konsep “rebuilt” materi. Konsep ini maksudnya agar material yang tidak terpakai, diolah menjadi materi asalnya masing-masing. 

Misal adalah sampah elektronik, sampah tersebut dapat dipecah dan dipisahkan sesuai karakter bahan pembentuknya. Jika suatu sampah terdiri atas besi dan campuran lainnya. Maka mungkin materi tersebut dapat diubah menjadi besi murni dan bahan campuran lainnya. Sehingga bahan baku ini dapat digunakan kembali untuk membuat suatu barang yang baru. 

Saya terpikir bahwa semakin hari bahan bahan tambang semakin menipis untuk digali. Maka yang harus dilakukan adalah mengolah sampah barang (yang asal pembentuknya adalah barang tambang) menjadi material asalnya untuk diperoleh bahan baku. 

Khayalan saya bahwa material-material apapun dapat diolah menjadi bahan baku baru yang dapat digunakan sebagai bahan utama pembuatan suatu barang. Sederhananya kantong kain yang tidak terpakai dapat menjadi kantong kain baru yang akan dipakai. 

Yah memang itu sebatas ide yang bahkan mungkin para pembaca belum mengerti konsepnya. Tetapi saya harap suatu saat ada yang memiliki pemahaman seperti saya dan mau memulai mewujudkan konsep ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun