Mohon tunggu...
Abu Akmal
Abu Akmal Mohon Tunggu... -

Suka menulis dan bertani.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Suka di Bogor, Jokowi Jauhi Megawati

22 Februari 2015   16:37 Diperbarui: 17 Juni 2015   10:43 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Dalam suasana libur Imlek di kalender imajiner.

Presiden Jokowi (JKW) : Selamat siang, Bung. Liburan Imlek kemana?

Bung Karno (BK) : Aku ke Bogor. Lihat-lihat istanaku. Kabarnya kamu mau pindah ke Istana Bogor, ya, Wi?

JKW : Rencananya memang mau pindah ke Bogor saja, Bung. Jakarta sumpek. Istana sekarang ada hantunya. Jangan-jangan sisa bawaan Pak Bambang.

BK : Ah, masa alasanmu istana ada hantu? Mungkin malah hantu istana yang terganggu kedatanganmu dan pembantu-pembantumu. Siapa tahu hantunya malah takut sama orang-orangmu itu.

JKW : Begini, Bung. Terus terang saya mau berkantor yang agak jauh dari Teuku Umar. Saya ini pusing kalau sedikit-sedikit Bu Mega ikut campur urusan kenegaraan. Sekarang kan saya hanya dianggap sebagai petugas partai. Sedikit-sedikit saya dipanggil. Bu Mega apa tidak menyadari kalau presidennya saya?

BK : Kok kamu mulai lupa sama asalmu, Wi? Jangan jadi orang seperti "kacang lupa kulitnya". Memangnya kamu bisa jadi Presiden kalau tidak diberi surat mandat oleh Megawati untuk nyapres lewat PDI Perjuangan? Memang kamu bisa jadi walikota Solo dan Gubernur DKI kalau tidak diusung Si Moncong Putih? Jadi orang itu ya mbok tahu terima kasih!

JKW : Bukan begitu, Bung. Saya pasti ingat itu semua. Saya pun selalu hormat kepada Bu Mega. Jadi petugas partai saya tidak menolak. Tapi kalau Bu Mega pura-pura tidak tahu bahwa sekarang saya yang jadi Presiden kan jadi susah, Bung? Apalagi selera Bu Mega kadangkala tidak sejalan dengan suara rakyat.

BK : Itulah seninya politik. Kamu jangan kaku. Jangan pakai matematika. Belajarlah berpolitik sebagai seni mengelola kemungkinan di tengah kesulitan. Kuncinya, kamu rajin komunikasi.

JKW : Saya kan batalkan BG jadi Kapolri. Bu Mega marah. PDI P marah. Padahal rakyat meminta saya agar BG tidak dilantik. Makanya saya ganti sama Badrodin Haiti. Sementara BG akan saya tempatkan jadi Wakapolri dulu. Semoga bisa selamat. Saya juga sudah copot itu Samad dan BW. Dua orang itu yang kabarnya bikin KPK gayanya tidak terkontrol. Suka ugal-ugalan karena merasa jadi malaikat. Saya dan Pak JK pun diancam oleh Samad. Ya sudah, saya copot saja. Kan perintah Undang-Undang juga begitu.

BK : Jadi kamu jadikan BG Wakapolri dulu dan nanti jadi Kapolri setelah Badrodin pensiun?

JKW : Itu untuk obat agar Bu Mega tidak terlalu marah. Siapa tahu nasibnya BG nanti bagus. Kan, bisa saja jadi Kapolri. Tapi saya tidak berani jamin. Yang penting bagaimana PDI P dan koalisi masih terus dukung saya. Saya juga tidak terlalu kehilangan popularitas akibat gonjang-ganjing ini. Puyeng saya, Bung. Makanya ingin ngadem ke Bogor.

BK : Hati-hati lho, Wi. Di Bogor banyak gadis cantik. Jangan ikuti gayanya Samad. Kamu bisa dikepruk sama istrimu. Kasihan Samad itu. Istrinya ngamuk-ngamuk begitu terkuak berita dia suka perempuan lain. Apalagi dibanding-bandingkan sama Puteri Indonesia dan Feriyani Lim. Kepalanya Samad pasti cenat-cenut.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun