Mohon tunggu...
M Ihsan Apriansyah
M Ihsan Apriansyah Mohon Tunggu... Lainnya - Handwriting Analysis Practitioner (Graphologist) - Hypnotherapist - Mind and Soul Programmer

Cinta dengan pengembangan diri dan parenting

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Bullying di Sekolah

8 Februari 2019   09:39 Diperbarui: 6 September 2020   19:33 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Ada sebuah cerita saat saya mengisi seminar parenting bertema hypnoparenting,minggu lalu. Salah seorang peserta,seorang ibu-ibu,menanyakan tentang anaknya yg sering dibully di sekolahnya. Anak perempuannya ini usia kelas 6 SD. Ia bercerita bahwa di sekolah anaknya sering mendapat bullying verbal, belum ke tahap fisik ya, karena pembullynya ini juga anak perempuan.

Menurut si ibu,anaknya dibully karena memiliki wajah yg cantik dan juga cukup populer di sekolah,ini juga dibuktikan dengan hasil tes bakat anaknya yg kami berikan memiliki 8 kecerdasan majemuk yg semuanya tinggi. Dan parahnya lagi orang tua si anak pembully ini juga malah mendukung anaknya.

Dia bertanya ke saya bagaimana dengan kasus pembullyan ini...

Nah masalah bullying di sekolah ini memang kerap terjadi. Biasanya anak yg dibully cenderung anak yg introvert (type penyendiri), tidak banyak memiliki teman dan kurang populer. Untuk kasus ibu ini malah hal yg sebaliknya,maka bisa disimpulkan si anak pembully sedang ngiri ke anak si ibu tadi. Maka saya sarankan kalo ada yg ngiri sama kita ya berarti kita nganan aja.

Dalam artian kita memberikan edukasi kepada anak agar menanggapi semuanya secara netral, selagi belum menyentuh secara fisik. Jika anak kita terpancing emosinya maka itu malah akan membuat si pembully semakin senang.

Dan kemudian saya menyarankan untuk menghentikan triggernya (pemicunya) agar anaknya tidak jadi korban bullying lagi dengan cara memindahkan sekolahnya.

Sama halnya dengan traumatik, kita harus menyingkirkan triggernya dan membuang muatan emosinya. Sehingga walaupun memorinya ada namun muatan emosinya sudah netral.

Untuk itu lingkungan yg baik akan sangat mempengaruhi karakter seorang anak, jika ia selalu diintimidasi secara verbal maupun fisik maka akan berdampak kepada kepribadiannya. Akan banyak traumatik yang mengakibatkan anak sulit untuk mengembangkan dirinya.

Masalah2 yg timbul diantaranya adalah tidak percaya diri, minder, merasa tidak memiliki kemampuan, benci terhadap diri sendiri, orang lain bahkan kehidupan. Ini yg berbahaya untuk perkembangan hidupnya.

Maka sebagai orang tua sangat penting untuk peduli terhadap lingkungan yang akan menjadi pembentuk kepribadiannya.

Yah cukup sampai di sini dulu sharing malam ini, kalo sempat lagi nanti kita akan bahas tentang type2 orang tua ya. Saya M Ihsan Apriansyah, S.E (Handwriting Analyasis Practitioner - Mind and Soul Programmer), Salam.

Follow IG @kakihsan untuk mendapat Update setiap hari

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun