Mohon tunggu...
abu bakar
abu bakar Mohon Tunggu... -

mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Politik

Demo Garang, Rakyat Tak Senang

1 April 2012   14:06 Diperbarui: 25 Juni 2015   07:09 4
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apapun alasannya, bila pemerintah menaikkan harga bahan bakar minyak pasti menimbulkan pro dan kontra di masyarakat. Bila di parlemen, kelompok yang pro biasanya partai politik pendukung pemerintah, dan yang kontra adalah parpol yang dengan tegas menarik diri sebagai oposisi pemerintah. Semuanya tentu saja dengan berbekal argumentasi masing-masing.

Tak kalah seru adalah keadaan di jalanan. Para mahasiswa dari berbagai elemen disertai kaum buruh melakukan aksi unjuk rasa di beberapa kota. Mereka membela rakyat dengan cara melakukan aksi di jalanan. Tapi, ironisnya, rakyat yang dibela itu justru merasa ketakutan terhadap tindakan yang dilakukan para pendemo.

Aksi demo menolak kenaikan harga BBM diwarnai berbagai provokasi, terutama dari kalangan para mahasiswa. Mereka bukan hanya melakukan aksi massa saja, tapi mulai merusak berbagai fasilitas umum, penyanderaan dan pendudukan stasiun pengisian bahan bakar umum hingga melakukan penyerangan terhadap aparat kepolisian. Maka dari itu, benturan tidak bisa dihindarkan. Akibatnya, sejumlah prasarana umum mengalami kerusakan parah. Rakyat yang tadinya simpati terhadap gerakan mahasiswa berbalik menjadi antipasti.

Namun demikian, ada beberapa hal yang patut dicatat. Meski aksi di berbagai kota diwarnai bentrokan, tapi tidak berbuntut pada sebuah kerusuhan massa. Para demonstran bisa menahan diri dan hanya fokus berbuat radikal hanya pada aparat kepolisian saja.  Terbukti begitu banyak sepeda motor dan mobil yang terjebak dalam tawuran mahasiswa dan polisi, tidak mereka ganggu. Begitu juga pertokoan dan gedung-gedung di sekitarnya tetap aman. Jauh berbeda dengan aksi demo tahun 1998 lalu, demonstrasi berlanjut kepada kerusuhan massal.

Di sisi lain, yang patut diberi apresiasi adalah institusi Polri. Sebab, dalam menangani aksi demo di depan Gedung Dewan Perwakilan Rakyat, Jakarta yang melibatkan sekitar 30.000 massa, demo berhasil diatasi dengan elegan tanpa ada korban luka ataupun tewas. Bahkan, dalam situasi kacau sekalipun, polisi tidak menggunakan tembakan peluru karet dan hanya mengandalkan gas air mata.

Oleh karena itu, dalam aksi demo menentang kenaikan harga BBM beberapa waktu yang lalu, sebenarnya tidak menjadi persoalan yang mengkhawatirkan bila dilakukan dengan santun dan tertib. Tapi, karena aksi demo dilakukan anarkis dengan melakukan perusakan fasilitas umum dan membuat masyarakat takut, maka perlu ditertibkan. Dengan demikian, tindakan aparat keamanan dengan memukul mundur para demonstran tentu saja merupakan tindakan yang tepat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun