Narasoma pun tak kekurangan kata cinta. Dia katakan, cinta yang ia rasakan pada Pujawati sangatlah murni sekaligus lezat, bagai sepiring nasi putih yang hangat dan harum. Namun sayang, kata Narasoma, ada sebiji gabah terselip di antara nasi itu, yang mengganggu kenikmatan makan nasi tersebut.
Hmm, sebuah perumpamaan yang membuat penasaran Pujawati.
Apakah gerangan hakikat `gabah' itu, kakanda? Beritahukanlah pada adinda agar adinda dapat menghilangkannya, sehingga tak lagi mengganggu cinta kita. Demikian kata Pujawati.
Semula Narasoma enggan menjawab pertanyaan istrinya, namun setelah didesak berkali-kali akhirnya Narasoma menyuruh Pujawati menanyakannya pada ayahnya, karena pasti sang resi memahami apa yang ia maksud.
Maka esok paginya, Pujawati pun menghadap ayahandanya, dan dengan polosnya menceritakan pembicaraannya dengan suaminya, khususnya perumpamaan yang dibuat suaminya. Setelah mendengar semua cerita Pujawati, Bagaspati terlihat murung, berkat kebijakannya diapun memahami semua arti perumpamaan menantunya itu.
(bersambung)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI