Tugas kita sekarang adalah mempelajarinya dengan cermat, mengujinya dan menerapkan inovasi padanya, dan menyampaikannya dengan metode yang tepat kepada masyarakat umum. Karena jika cara Marxisme bisa bermanfaat dan menyejahterakan kehidupan rakyat, niscaya tidak akan ada yang bertanya lagi apakah Anda anti Pancasila dan anti Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Lalu bagaimana jika sisi belakang koin ada di atas? Tentu hal pertama yang harus dilakukan adalah belajar. Jika angkatan bersenjata adalah oposisi utama, maka belajarlah darinya. Seperti Master Sun, Engels selain sebagai prajurit artileri di Kerajaan Prusia juga telah menulis banyak artikel tentang dunia militer yang idenya masih hangat hingga saat ini. Kami mungkin akan membahas Engels dan dunia militernya di artikel selanjutnya. Namun yang ingin saya sampaikan adalah bahwa dunia militer tidak seburuk yang kita bayangkan selama ini, justru nilai-nilai disiplin, garis komando dan semangat pantang menyerah yang hanya bisa kita pelajari dari mereka yang mengenakan seragam bergaris hijau. Jadi tidak ada salahnya belajar dari mereka yang kita anggap sebagai lawan.
Penting bagi kita untuk memperhatikan kata-kata Sun Tzu yang pertama kali saya kutip di atas. Mengetahui apa yang kami mampu dan seperti apa lawan kami, kami tidak harus melalui pengalaman kelam yang menimpa warga Komune Paris atau Spartacus di Jerman. Ini mengingatkan kita pada apa yang dikatakan Michael Corleone dalam film The Godfather III (1990), "Tieni i tuoi amici vicini, ma i tuoi nemici pi vicini."
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H