Skema offshore Blok Masela, dapat menjadi katalisator pengembangan kapasitas dan kapabilitas maritim serta membangun Kepulauan Maluku sebagai daerah perbatasan yang strategis berbasis maritim. Di tingkat nasional, skema kilang apung memberikan kontribusi bagi sektor maritim dari sisi peningkatan galangan fabrikasi dan galangan kapal Indonesia.Â
Potensi daya angkut bisa naik menjadi 8,000 ton dari kapasitas saat ini sebesar 1,100 ton. Potensi panjang pelabuhan menjadi 500 meter dengan 17 meter draft, potensi kapasitas fabrikasi sebesar 86 kT dari saat ini 50 kT, serta peningkatan kapabilitas sumber daya galangan, penguatan dermaga, dan multiplier effect dari kegiatan supply chain lainnya. Belum lagi kita bahas manfaat sampingan berupa wisata bahari yang dapat dikembangkan di sekitar kawasan.
Membangun di darat tidak menjamin rakyat Maluku akan menikmati manfaat besar. Bisa jadi manfaatnya hanya akan dinikmati oleh pemasok pipa, kontraktor, dan spekulan tanah. Belum lagi potensi konflik yang bisa timbul di daerah yang disebabkan oleh masalah lahan dan sejenisnya. Sebaliknya, FLNG akan mendatangkan laba jauh lebih besar bagi pemerintah yang dapat ditanamkan umpamanya untuk mengembangkan pusat pemerosesan produk laut yang akan sangat membantu nelayan dan pengusaha lokal.
Lalu buat apa semua ini kita utarakan padahal presiden telah memberi kata akhir bagi pembangunan proyek gas Masela di darat? Bagi orang beriman, manusia boleh mengambil keputusan tetapi keputusan akhir selalu berada ditangan Yang Maha Kuasa. Siapa tahu dalam perjalanannya yang masih panjang tangan Tuhan akan membimbing pimpinan nasional kita ke arah yang terbaik bagi bangsa ini.
Â
Masela... oh Masela
Riwyatmu ini
Sedari dulu jadi...
Perhatian insani
(dinyanyikan dengan nada Bengawan Solo)
AT - 24-03-16