Mohon tunggu...
Theofilus Ifan Sucipto
Theofilus Ifan Sucipto Mohon Tunggu... Mahasiswa -

For I know whom I hope (2 Tim 1: 12) | Universitas Multimedia Nusantara 2014 | Journalist | Soccer | Running | Gadget

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Seputar Komunikasi Massa

3 Oktober 2015   12:29 Diperbarui: 3 Oktober 2015   12:29 424
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Komunikasi massa menurut saya pribadi adalah kemampuan kita untuk mengomunikasikan pesan tertentu pada sejumlah orang.  Namun pada pelajaran Komunikasi Massa, saya mendapat tambahan ilmu bahwa komunikasi massa adalah komunikasi massa adalah cara pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah orang.

Bicara mengenai fungsi, saya mendapatkan beberapa di antaranya, seperti memberi informasi, contohnya sudah jelas misalnya sehari-hari kita membaca berita dan mendapatkan informasi.

Kedua, menjadi anjing penjaga (watch dog). Melalui media massa, kita bisa mengetahui alur keuangan negara kita, sehingga bila ada uang yang disalahgunakan, kita bisa memprotesnya.

Ketiga, menjaga korelasi, misalnya melalui media massa, seorang korban tsunami Aceh 2004 yang bisa bertemu dengan anaknya setelah beberapa tahun tepisah.

Keempat, mempererat bangsa. Kita bisa lihat contohnya ketika pertandingan bola Persija kontra Persib, kaum JakMania dan Bobotoh seringkali ribut dan menimbulkan korban jiwa. Tapi lain halnya ketika TimNas Malaysia bertarung di Stadion Gelora Bung karno melawan TimNas Indonesia. Kita semua menyatu tanpa melihat suku, agama, dan ras.

Selanjutnya, menanamkan ideologi. Contohnya ketika Jokowi menyampaikan ideologi ‘Revolusi Mental’ nya saat kampanye Pemilu 2014 silam.

Keenam, menasehati, ketika ada tindakan yang salah, media massa meliputnya, itu bisa menjadi bahan nasihat bagi pembaca agar tidak mengulangi kesalahan yang sama.

Ketujuh, mendidik. Contohnya program Asal Usul oleh Trans 7 yang memberi kita informasi.

Terakhir, menghibur, contohnya acara kartun bagi anak-anak yang menghibur dan mengisi waktu senggang mereka.

Di kelas komunikasi massa saya juga belajar bagaimana cara mengolah informasi agar kita tidak langsung menerima bulat-bulat, dan malah membodohi diri kita sendiri serta merugikan orang lain. Pertama, konfirmasi. Seringkali kita menerima informasi hoax, dan parahnya kita tanpa mencermatinya, langsung mem-forward kepada teman-teman kita. Alangkah baiknya ketika kita membaca berita, kita melakukan konfirmasi dengan cara bertanya kepada si pengirim, atau membandingkan berita itu dengan sumber lain. Kita biasanya setelah menerima berita penting, langsung dishare pada kontak kita. Padahal belum tentu benar. 

Kedua, prasangka. Jangan sampai kita menaruh prasangka, atau dalam Bahasa Inggrisnya Pre dan Judice yang berarti menghukum sebelum tahu yang sebenarnya. Dalam hal ini bisa juga berlaku perilaku Stereotype, yaitu memukul rata suatu golongan dengan suatu sifat. Seperti orang Cina itu pelit, orang Batak itu sifatnya keras, dan lain sebagainya. Meskipun mungkin benar, tapi tidak semua orang Cina itu pelit. Terakhir, bicara yang baik atau diam. Berita yang baik dan mendidik bisa kita bicarakan untuk bertukar pikiran dengan orang lain. Namun ada juga berita yang kurang baik. Daripada menambah informasi fiktif atau gosip, lebih baik kita diam agar tidak terjadi kesalahpahaman.

Komunikasi massa memiliki beberapa karakteristik. Pertama, komunikator terlembagakan, contohnya seperti Koran Kompas, Kompas TV, yang bernaung dalam lembaga bernama Kompas Gramedia.

Kedua, pesan bersifat umum, sehingga semua di berbagai daerah, suku, ras, dan profesi bisa membaca dan mengerti pesannya.

Ketiga, komunikan anonim dan heterogen. Para penikmat informasi dari media massa beragam dan komunikator tidak mengenal siapa saja pembacanya satu per satu.

Keempat, menggunakan media massa dan keserempakan. Contohnya televisi (TV), ketika satu TV menayangkan TimNas Indonesia mencetak gol, pasti TV lain juga menayangkan hal yang serupa. Tidak mungkin TV kita sudah menayangkan gol, tapi TV tetangga kita masih mau menendang bola.

Kelima, mengutamakan isi daripada hubungan. Bagi media massa, yang penting adalah isi berita berkualitas dan pesan tersampaikan tanpa memikirkan hubungan dengan pembaca.

Keenam, feedback tertunda. Misalnya kita menemukan artikel yang kurang pantas ditayangkan lalu mengirim surat pembaca kepada majalah yang bersangkutan. Surat kita mungkin akan dibalas seminggu kemudian. Terakhir, stimulasi alat indera terbatas. Melalui radio, kita hanya menggunakan telinga tanpa bisa melihat kejadiannya dengan mata.

Terakhir, saya belajar mengenai lingkup kajian komunikasi massa, yaitu menjelaskan pengaruh komunikasi massa, manfaat komunikasi, pembelajaran, dan peran media massa dalam memberi pandangan.

Kesimpulannya adalah komunikasi memliki beragam fungsi, kita sebagai komunikator harus bisa memberikan berita yang baik dan berkualitas sehingga bisa mencerdaskan dan mengisi otak komunikan. Jangan hanya cepat, tapi kita harus akurat. Sebagai komunikan yang cerdas, kita harus pintar-pintar menyaring informasi. Bandingkan dengan sumber lain, dan jangan diterima mentah-mentah.

 

[caption caption="Komunikasi Massa"][/caption]

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun