Suatu ketika sabuah senja terjebak dalam presisi
Terpaku dan tak bisa berimprovisasi,
Sudah lelah terpenjara dalam ratusan puisi,
Bahkan jadi kawan minum kopi,
Masih indahkah jika ia tak sama lagi?
*
Kemarin kujumpainya di kota B,
Memerah seram dan tergradasi.
Senja yang tak sama lagi tiap hari.
Sampai ia sudah lagi tenggelam,
Satu kebetulan di pukul enam.
*
Lepas itu ia bergumam,
Apakah lagi ia hanya jadi analogi,
dalam hidup manusia yang berimajinasi
Megamendung, 18 Maret 2015
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!