Mohon tunggu...
Abrosia Sihotang
Abrosia Sihotang Mohon Tunggu... -

Hidup memadukan Fikir dan Rasa

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Sempurnanya Perjuangan Agustus

19 November 2015   15:52 Diperbarui: 19 November 2015   16:05 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Terapi Batin"][/caption]

Agustus, biasanya bulan ini berlalu begitu saja hanya diisi dengan perayaan hari kemerdekaan dengan lomba ditiap rt yang seru untuk diikuti, lombanya pun semakin beraneka dari permainan bola bapak-bapak mengenakan daster dan make up menor sampe lomba catur yang terlalu membosankan buat saya. Tetapi disamping dari perayaan tersebut ada kisah yang perlu saya rangkumkan sebagai pengalaman yang begitu berharga untuk mensyukuri apa yang bisa diingat dengan senyum bangga. Walau tidak ada kaitannya dengan kemerdekaan Indonesia namun, demikian bersar perjuangan yang saya rasakan hanya untuk sekedar menjalani hidup.

Bulan Agustus saya awali dengan kekecawaan mendalam bahkan mungkin terlalu dalam (Bulan Agustus ada edisi foto redaksi, kita udah oke banget, dengan penampilan maksimal saya puas dengan hasi foto waktu itu, karena kulit lagi keren-kerennya abis di jemur warnanya gelap super keren, dan diedit, hasilnya jadilah kulit putih bersih, niatnya sitemen sih baik, tapi dia ngak tau saya begitu ngayalin foto dengan kulit keren itu terpampang di majalah) entah mengapa keselnya sama kejadian itu lama banget dan sepertinya kekesalam mendalam itulah yang mempengaruhi kebahagiaan saya selama bulan Agustus, bukan suges tapi ini nyata dan sudah terjadi.

Masih diawal Agustus, Rabu pagi berangkat kekntor dengan sepeda motor dan ditengah perjalanan kok oleng ya, melipir ke bengkel terdekat, setelah dianalisa sama abangnya bannya ngak bisa di tambal lagi karena pentilnya yang copot. Korek-korek semua selipan untungnya mencukupi pembayaran ganti ban dalam, sebagai analisa tambahan siabang bengkel bilang kalau ban luarnya udah jendol-jendol dan sebaiknya segera diganti, tetapi masih bisa digunakan beberapa waktu lagi. Baiklah, harus lirik dompet lagi, mungkin ini ngak jadi masalah jika sedang tidak mengalami kesulitan ekonomi seperti saat ini.

Secara kebetulan bulan ini ternyata waktunya pembayaran pajak kendaraan, niatnya biar ngak sampe mangkir dari kantor mau bayar di samsat deket kantor aja, dan ternyata mata saya terpukau dengan antrian di pintu masuk samsat Jakarta Barat, ternyata ada pembayaran pajak DriveThru, asyik langsung nimbrung ngantri. Keren banget loh, syaratya motor dan pemiliknya harus ada disitu dengan surat-suratnya, saat kita antri ternyata plat motor kita udah discan, jadi pas di loket si mba polwannya udah nyebutin nama kita, bangga rasanya dengan kemajuan ini.

Kini giliran saya, dan ternyata ada kesalahan yang tidak dipermasalahkan oleh kepolisian di pembayaran pajak sebelum-sebelumnya yaitu ada perbedaan rt di KTP dan BPKB, dan oleh karena itu saya harus mengurusnya ke samsat domisili yaitu Jakarta Timur, baiklah. Keesokan harinya terpaksa saya ijin (dan ternyata jauh setelahnya perijinan ini menjadi masalah besar), mengurus pajak kembali kedalam gedung, dan ternyata tidak masalah, mereka proses aja tuh pajaknya, ngak bilang juga harus diperbaik alamatnya. Nah sekarang masalah pembayaran, saya lupa bayar pajak itu pake duit, dan ternyata saya ngak ada duit.

Berikut ini drama kehabisan uang di samsat Jakarta Timur.

Jumlah pajak yang harus dibayar adalah 175 ribu, dan uang yang terkumpul dari setiap selipan dalam tas yang mampu terkumpul adalah 105 ribu, saya ada uang tapi cash di kosan yang lokasinya deket kantor ada di ATM bank yang kurang terkenal dan setelah 3 kali nyoba pinnya salah dan di blockir, jadi saya harus pinjem orang yang bisa transfer sekarang juga ke account bank yang lebih terkenal. BBM dan WA semua orang yang memungkinkan bisa nolongin, dan sepertinya, jaringan internet tahu persis kapan harus lemot rasanya mak nyus banget lah waktu itu.

Akhirnya satu per satu balasan tak bisa bantu berdatangan, dan saya lupa untuk WA teman seperjuangan Angel sesuai dengan namanya kali ini dia jadi malaikat buat saya. Antri di ATM bank DKI (Satu-satunya ATM yang tersedia) pas masuk ngak bisa narik baru buka Tab, ternyata doski lupa no rekeningnya aeesh, terpaksa keluar lagi dan nunggu pengiriman berhasil dan yup masuk, mulai ngantri lagi, tibalah giliran saya pas masuk disambut dengan "Maaf ATM sedang rusak" rasanya tuh ya macam lagi naik roll-coaster pas diatas mental dari lintasannya.

Haruslah nyebarang "ini jalur ngak disarankan bagi penyebrang pemula, asli mobil-mobil ngak ada alesan buat lewat pelan-pelan disini" dengan segala nyali yang tersisa cenderung emosi campur ngenes nyampelah disebrang, ngantri di ATM, dan ternyata ATMnya rusak "giliran saya" kemudian pindah ke ATM sebelah, selama ngantri mata udah nanar dan ngebatin "plis jangan rusak dulu" dan taraaa uang pajak sudah genap. Kembali ke samsat dengan perjuangan yang ngak kalah dengan berangkatnya, beneran nyebrang disini hanya boleh dilakukan oleh profesional dibidangnya serius.

pembayaran pajak selesai, sejenak pulang dulu kerumah, ternyata ada dokumen yang harus saya hantar ke Jakarta Pusat, sekalian pulang ke kantor. Sampai di Jakarta pusat jam 5 sore sementara loketnya tutup jam 3.30 sore, heh cakep. soook mari pulang.

Sekedar pengalihan sugesti, maka saya memutuskan untuk ngegunung dulu, biar ngak keterusan apesnya. Team yang biasannya solid kok kali ini berbeda banget ya, dari persiapan yang kurang mateng secara pribadi juga secara team, bukan maen, kita harus terobang-ambing beberapa saat di Purwokerto. Berusaha mempositifkan diri dengan anggapan-anggapan yang lama-lama jadi aneh yang sok-sok positif gitu ya, akhirnya harus diakui bahwa memang kita mengalami ketidaksiapan perjalanan kali ini. Hasilnya adalah mengenal sisi lain dari beberapa temen, dan sisinya tidak menyenangkan.

Pertengahan bulan tua pulang dari Gunung HP rusak, entah kenapa, bukan untuk lebih dramatis tetapi memang kerusakan HP kali ini ngak ada sebab, jadi aja gitu pas buka SMS mendada mati dan ngak mau nyala lagi sampe saat ini ketika artikel ini dibuat. Sementara waktu, sampai waktu yang tidak ditentukan menggunakan Tab dulu aja, walau layarnya kaya bawa Tv tapi lumayanlah masih bisa bersua dengan halayak dunia maya dengan paket yang tersisa, ngak keliatan ini gedget yang dipake caat chat. Selang seminggu Tab pun mendadak ngak bisa diapa-apapin, nyala sih cuma ngak mau ngapa-ngapain mungkin kalau manusia istilahknya mati surilah, dikubur tapi belum mati ngak dikubur ngak ada kehidupan.

Padahal kondisi keuangan sedang mati suri juga, terpaksa kredit HP dulu, karena pada kenyataannya saya sudah tidak mampu memprimitifkan diri dengan tidak menggunakan gedget, lagi-lagi Angel si malaikat kembali menawarkan diri dengan pertolongan supernya, dan ternyata saya ngak cocok dengan gedget baru ini, tapi ngak enak bilang-bilang.

Masih banyak hal-hal yang terjadi selama bulang Agustus yang rasanya menggemaskan. Sampai akhirnya saya terjeblos kepada kemalasan yang pekat dan mendalam, kamar kost yang sempit pemampakannya lebih cocok gudang berpenghuni ketimbang kamar tidur. Terbayang malaikan punya rekaman yang adegannya, saya meringkuk diatas kasur yang lusuh dengan pandangan nanar dan lampu yang redup dan sekali-kali mati dan hidup kembali, disetiap pojokannya ada sarang laba-laba, ditemboknya terdapat bala tentara semut sedang latihan baris-berbaris dan gordeng bergoyang-goyang elok karena diterpa angin dari jendela yang tidak tertutup rapat.

Semangat hidup sungguh langka dan hati enggan untuk merasa serta mata memilih untuk terbuka walau tak memaknai apa yang terlihat. Perasaan saat itu tidak mampu terungkap sepurna, marah, kesel, emosi, geram, sedih, dan terhina adalah rasa yang tidak teralokasi dengan tepat.

Bukan ingin menjadi orang yang hitung-hitungan atau lebai tetapi Bulan Agustus 2015 itu adalah masa pengujian terhadap seluruh hidup saya, dari mental, kantong sampai kejiwaan semua dipertaruhkan pada bulan ini.

Terima kasih Kepada Tuhan karena masih diberi kekuatan dan setidaknya sedikit kewarasan yang tersisa masih bisa menuliskan artikel ini setelah Agustus berakhir.

 

LoveLife

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun