[caption id="attachment_332645" align="aligncenter" width="549" caption="doc. Abros"][/caption]
Tahun ini saya mengikuti perayaan Paskah cukup berfariatif, karena saya tidak mengikutinya di paroki sendiri kecuali Minggu Palma, Berikut ini saya mau mereview kegiatan pekan suci tersebut satu persatu.
Minggu Palma:
Saya mengikuti kegiatan Minggu Palma di paroki sendiri, rasanya memang hikmat karena sudah mengerti kondisi dan situasi paroki sendiri, dan sedapat mungkin mengikuti perayaan misa dengan fokus. Perayaan Minggu Palma ini dilakukan oleh seluruh umat Katolik diseluruh dunia pada hari yang sama yaitu minggu menjelang paskah, perayan ini sebagai bentuk peringatan akan penyambutan Yesus di Yerusalem menjelang penderitaan sengsaranya. Pada perayaan ini seluruh umat diharapkan dapat memahami sisi kemanusiaan kita terhadap kasih Tuhan. Pada masa ini umat menyambut Yesus yang akan sudah diketahui akan memberikan keselamatan manusia, walaupun ini merupakan saat yang menegangkan dimana Dia mengetahui orang-orang yang menyambutnya dengan meriah pada waktunya akan berbalik untuk menghujat Dia.
Kamis Putih:
Kamis Putih merupakan hari dimana Yesus melakukan perjamuan terakhir bersama murid-muridnya dalam bentuk manusia seutuhnya, dalam kesempatan ini Yesus mau menyampaikan pesan yang paling penting dalam karya pewartaannya yaitu Kasih dan Melayani. Pada kesempatan ini dalam perayaan misa, romo akan melakukan kegiatan yang dahulu dilakukan oleh Yesus terhadap murid-muridnya yaitu mencuci kami murid-muridnya. Satu catatan kecil, saya ingin suatu saat nanti saya berkesempatan untuk menentukan siapa saja yang menjadi ke dua belas orang yang kakinya di basuh pada perayaan Kamis Putih tersebut, saya ingin memilih orang yang paling tidak di perhitungkan dalam gereja dan lingkungan, karena sampai saat ini saya mengikuti misa Kamis Putih tidak pernah menemukan kaki orang yang kotor dan apa adanya, karena biasanya mereka akan di pilih dan sejauh ini kaki mereka selalu mulus, dan pernah orang yang saya kenal menjadi salah satunya dan keluarganya mempersiapkannya dengan berlebihan, karena akan di basuh, jadi tidak dramatis. Saya mengikuti misa Kamis Putih di St. Andreas Kedoya, perayaan berlangsung secara hikmat yang kelanjutannya Tuguran. Sedangkan Tuguran sendiri sebagai kebersediaan umat untuk berjaga-jaga menjelang Yesus ditangkap dan diadili. Dalam panduan mengikuti tuguran yang saya baca, selama Tuguran kita hanya di minta untuk terjaga dan berjaga bagi bersama Yesus, karena pada saat itu Yesus sedang berdoa dalam sakratul mautnya. Biasanya dilakukan oleh wilayah bergiliran, biasanya sampai jam 12 tetapi jika memang memungkinkan kegiatan ini dilaksanankan sampai pukul 3 dini hari. Pada tahun ini saya mengikuti tuguran sampai jam 12 kuran 20 menit.
Jumat Agung:
Jumat ini diawali dengan jalan salib dengan Tablo (Visualisasi penyaliban Yesus), kali ini agak berbeda karena berada di paroki lain, yang memiliki inovasi dalam penerapan kegiatan Tablo, dan sepertinya saya sedikit tercengang bingung antara kagum atau kaget karena penyajian dalam bentuk drama misikal dan memasukkan sedikit komedo dengan menampilkan sosok herodes bencong, saya tidak berfikir kegiatan Tablo memiliki tujuan untuk membuat orang tertawa, jika ada yang berpendapat perlu ya kita berbeda, tetapi pada hal lainnya saya setuju karena drama musikal itu sangat bagus "kecuali lelucoh herodes yang bencong", pemain musik dan penyanyi mengangumkan, saya sangat senang. Tablo biasanya di lakoni oleh orang-orang muda dalam paroki tersebut, biasanya tugasnya per wilayah, walaupun pada kenyataannya pasti dibantu oleh mudika dari wilayah lain juga, perayaan ini tujuannya adalah untuk semakin menghayati kisah sengsara Yesus Kristus dan mengapa Dia harus dihukum mati untuk kejahatan yang tidak dilakukannya, dan memang seharusnya perenungan akan sengsaranya Yesus menjadi point paling utama dalam kegiatan ini, dan biasanya narator akan memberikan renungan makna kisah sengsara Yesus tersebut pada kehidupan kita masa kini.
Misa Jumat Agung sendiri biasa dilakukan beberapa kali tergantung jumlah umat yang diperkirakan akan mengikuti perayaan, dan di St. Andreas ada tiga kali misa, dan saya mengikuti misa yang ke dua pada pukul tiga sore, dan yang sangat mengagumkan adalah alam yang senantiasa ikut memperingati sengsara Yesus Kristus dengan turunnya hujan sekitar pukul tiga sore, padahal siang itu begitu terik. Dalam rangkaian perayaan tri har suci saya paling suka dengan Jumat Agung, walaupun sepanjang misa tidak ada alat musik yang digunakan, tetapi selama perayaaan sangat akrab dengan nada, karena kisah sengsara Yesus akan disampaikan dalam bentuk nyanyian tanpa iringan musik, dan oh Tuhan keren banget para petugas punya suara yang oke banget, dan saya sangat kagum pada mereka, sangat kagum. Pada perayaan Jumat Agung umat dibawa kembali kepada kesedihan dimana Yesus disiksa dan akhirnya mati di kayu salib. Seremoni pelepasan kain penutup ungu pada salib Yesus akan menjadi bagian yang sangat penting, dimana sang imam akan melantunkan "Inilah sang Kristus penyelamat dunia, yang tergantung di kayu salib", dan pada perayaan ini akan ada penghormatan kepada salib Yesus, dan lagu yang menjadi pengiring kegiatanpun begitu pilu. Para umat akan pulang dengan keheningan dimana tidak ada lagu penutup dan berkat, sebagai bentuk peringatan akan kedukaan terhadap Yesus yang telah mati di kayu Salib.
Malam Paskah:
saya mengikuti perayaan misa malam paskah di sebuah desa jawa Banyu Biru namanya, tempat saya mengikuti Misa Malam Paskah ternyata sebuah stasi pada awalnya saya pikir itu adalah paroki. Perayaan berlangsung dengan sangat sederhana, yang paling seru adalah pada pembukaan dimana semua lampu dimatikan dan cahaya hanya terdapat di lilin paskah yang akan dinyalakan dengan prosesi simbolik penetapan Yesus sebagai sumber kehidupan, dan sang imam akan mengumandangkan "Cahaya Kristus" yang di tanggapi oleh seluruh umat. Di desa Banyu Biru perayaan Malam Paskah berlangsung sangat sederhana, dan terjadi kesalahan di beberapa nada lagu yang mereka sadari salah, saya kurang begitu menikmati walaupun biasanya saya lebih hikmat mengikuti misa di pedesaan, mungkin karena para petugas dan umatnya memiliki tatanan yang agak berbeda dengan yang biasa dan yang saya harapkan, tapi ya sudah lahhhh. dan ternyata tidak ada perayaan paskah di stasi dan semua kegiatan akan dipusatkan di paroki.Pada perayaan Malam Paskah para umat merayakan bahwa Yesus bangkit dari alam maut, dan sejak malam ini maka umat sudah melai melakukan pesta paskah.