Mohon tunggu...
M. Abrori Riki Wahyudi
M. Abrori Riki Wahyudi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Jika menulis adalah nafas, maka membaca adalah udaranya

Mahasiswa Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Anak-anak Revolusi Jilid 1; Budiman Sudjatmiko

9 November 2023   22:08 Diperbarui: 9 November 2023   22:20 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Maka tak heran ketika samapai pada usia mudanya, ia terjun pada dunia pergerakan melawan rezim yang berkuasa, salah satunya karena di dorong oleh buku-buku bacaannya, maksudnya tidak hanya teman dan lingkungan saja yang bisa merubah pola kehidupan seseorng, buku pun sangat menentukan, jika anda ingin mengetahui pikiran seseorang, salah satunya anda harus tahu buku apa yang ia baca.

Sebenarnya buku ini tidak hanya perihal revolusi tapi juga tentang pentingnya membaca dan merawatnya, membaca bukan hanya tentang lembaran-lembaran buku tapi juga tentang keadaan disekitar kita, baik dalam organisasi bahkan jika jeli membaca gerak-gerik lawan.  Pada dasarnya jika kita merawat buku, kita sedang merawat peradaban. Pun sebaliknya, kita sedang menelantarkan peradaban saat kita menelantarkannya.

Buku meerupakan penemuan terbesar dalam sejarah peradaban manusia, sebuah penemuan yang akan menghasilkan penemuan-penemuan selanjutnya. Maksud penulis adalah saat kita membaca buku jangan hanya bertujuan untuk menambah pengetahuan baru, tapi juga harus melahirkan manusia-manusia baru dengan pikiran-pikiran barunya.

Buku ini sangat rekomendet pada kalangan-kalangan muda terkhusus bagi mereka yang ingin menyelami dunia percaturan politik. Budiman juga berpesan bahwa menjadi politisi adalah menjadi manusia yang lengkap, tidak hanya mengerti ilmu politik tapi juga harus menguasai ilmu filsafat, sains, teater, bahkan musik. Karaena "Menjadi politisi adalah puncak kematangan intlektualitas dan spiritualitas manusia", pesannya.

Selanjutnya tentang lagu "Darah Juang", sudah tidak asing lagi bagi kalangan mahasiswa, apa lagi bagi kaum-kaum pergerakan yang memang menjadi lagu wajib untuk dikumandangkan saat aksi demonstrasi berlangsung, mendengar lagu itu akan meningkatkan kobaran semangat yang menyala-nyala. Lagu ini diciptakan oleh mahasiswa Universitas Gajah Mada (UGM), yakni Jhonsony Tobing (mahasiswa filsafat yang sering menjadi komandan lapangan dalam setiap demonstrasi), Dadang Juliantara (mahasiswa Geofisika yang banyak menyusun konsep pergerakan mahasiswa), dan Budiman Sudjadmiko.

Di negeri permai ini

Berjuta rakyat bersimbah luka

Anak kurus tak sekolah

Pemuda desa tak kerja

Mereka dirampas haknya

Tergusur dan lapar

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun