Maaf, adakah yang bisa menjelaskan secara sederhana saja, kenapa Choel Malarangeng yang telah mengaku menerima uang 550 Ribu Dolar Amerika dari Dedy Kusdinar terkait proyek Hambalang, namun sampai sekarang tidak ditersangkakan oleh KPK. Sampai uang tersebut oleh Choel diserahkan ke KPK setelah Sang Kakak, Andi Malarangeng jadi tersangka.
Saya kira KPK terlalu polos kalau percaya begitu saja pada Choel, bahwa dia tidak tahu uang itu adalah uang bermasalah.
Baik banget Dedy Kusdinar, mau ngasih begitu saja uang sebanyak itu kepada Choel yang notabene adalah adik Sang Menteri.
Padahal seorang Luthfi Hasan, baru akan diberi uang oleh PT. Indoguna, uang tersebut belum sampai ke tangan Luthfi. Uangnya diterima Fathanah, konon akan diserahkan ke Luthfi. Inilah yang dimaksud Prof. Bagir Manan sebagai kecerobohan dan ketidak-akuratan KPK. Tindak penyuapan belum terjadi, namun orang sudah langsung ditangkap. Tanpa sebelumnya pernah diperiksa sebagai apapun!
Sebaliknya cerita perihal kardus duren di Kemenakertrans. Yang konon isinya akan diperuntukkan kepada Menteri Muhaimin Iskandar. Namun KPK tidak mempercayainya. Maka KPK pun mengabaikannya, tanpa pernah meminta keterangan Muhaimin. KPK berprasangka baik pada Muhaimin bahwa dia tidak bersalah.
Lain lagi cerita Suryadarma Ali yang baru-baru ini ditetapkan sebagai tersangka oleh KPK. Kebetulan, sangat kebetulan sekali bahwa pentersangkaan SDA menjelang Pilpres. Dan kebetulan juga SDA adalah pendukung Prabowo, bukan Jokowi.
Seperti juga ditangkapnya Luthfi dulu, menjelang Pemilu yang telah berhasil melorot PKS dari peringkat ke 4 ke peringkat 7. Selamat!
Tanpa menyangkal kebenaran tuduhan KPK bahwa Suryadarma telah melakukan tindak pidana korupsi, kenapa harus sekarang KPK menggarap SDA. Tak adakah pekerjaan KPK yang lain? Padahal konon menurut pengakuan KPK sendiri, kasus-kasus yang ditanganinya bertumpuk. Belum lagi Century yang terus jalan di tempat. BLBI yang tak jelas kelanjutannya dan masih banyak lagi.
Publik pun sudah merekam bahwa Abraham Samad sempat kencan bareng Puan Maharani dan Thahjo Kumolo. Lantas kemudian, apa yang Anda pikirkan?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H