Virus SARS-CoV-2 terdeteksi pertama kali di China pada akhir 2019, dan pada Juni 2021, telah menyebar ke seluruh dunia, mengakibatkan lebih dari 178 juta kasus yang terkonfirmasi dan 3,9 juta kematian. Beberapa kasus awal terkait dengan pasar basah di Kota Wuhan, di mana klaster pertama infeksi Covid-19 tercatat. Selama beberapa bulan terakhir, konsensus para ilmuwan telah menyimpulkan bahwa virus menyebar karena "zoonotic spillover" atau "virus yang melompat" dari hewan yang terinfeksi ke manusia, sebelum kemudian menjadi sangat menular dari manusia ke manusia. COVID-19 adalah nama yang diberikan WHO untuk menjelaskan penyakit yang disebabkan oleh virus korona baru. Di sisi lain, SARS CoV-2 adalah virus korona yang menghasilkan infeksi pernapasan COVID-19. Sebelum COVID-19 berkembang, ada beberapa faktor yang menyebabkan penyebaran virus ini semakin meluas. Sebelum menjadi sangat menular antarmanusia, penyebaran awal COVID-19 berasal dari hewan.Â
Berikut 4 hewan yang menjadi penyebab COVID- 19 :Â
1. Kelelawar
2. Ular
Ular pernah dianggap sebagai calon inang penengah virus pada awal munculnya wabah COVID-19.Â
3. Tenggiling
Tenggiling menjadi tersangka berikutnya setelah tim ahli dari China menemukan virus Corona yang serupa dengan SARS-CoV-2 dari sampel spesies manis javanica.
4. Cerpelai
Hewan selanjutnya yang diduga sebagai sumber COVID-19 adalah cerpelai. Dimulai dari penemuan adanya hewan yang terinfeksi di peternakan beberapa Negara. Cerpelai menjadi satu-satunya hewan yang diketahui dapat terinfeksi atau menularkan infeksi COVID-19 kepada manusia.
Berikut ini kronologi masuknya virus corona yang muncul di Depok, Jawa Barat, Indonesia, yang bermula dari wanita berinisial MT (31):
- 4 Februari: NT mengikuti acara pesta dansa dengan peserta multinasional, termasuk Jepang. Ketika kembali ke domisilinya (Malaysia), warga negara Jepang tersebut terinfeksi virus corona.
- 16 Februari: Selang dua hari setelah itu, NT mengalami batuk, sesak, dan demam selama kurun waktu 10 hari.Â
- 26 Februari: Untuk mengatasi keluhannya NT berobat ke RS Mitra Depok. Di sana dokter mendiagnosis NT mengidap Bronkopneumonia, salah satu jenis pneumonia yang menyebabkan peradangan pada paru-paru. NT menjadi suspect virus corona Wuhan, dengan riwayat kontak kasus positif COVID-19.
- 29 Februari: NT dirujuk ke Rumah Sakit Penyakit Infeksi (RSPI) Sulianti Saroso, meski keadaanya sudah membaik (tidak demam, masih batuk).
- 1 Maret: Dokter mengambil spesimen berupa nasofaring, orofaring, serum, dan sputum. Sampel ini, kemudian dikirim ke Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Litbangkes). Pengambilan Bronchoalveolar lavage (BAL) akan dikirim kemudian. Kasus yang NT alami masuk dalam kategori pengawasan.Â
Setelah MT, orang kedua yang terinfeksi virus corona di Indonesia adalah Sang Ibu, MD (64). Berikut ini kronologinya:
- 20 Februari: MD berkontak dengan anaknya NT yang suspect COVID-19.
- 22 Februari: Dua hari setelahnya, MD menunjukkan gejala infeksi virus corona. Ia juga berobat ke RS Mitra Depok dengan dengan diagnosis tifoid dan Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA). MD diduga mengidap COVID-19. ( Fadli, 2023)
- 29 Februari: Beserta anaknya NT, mereka mendapat rujukan ke RSPI Sulianti Saroso.
- 1 Maret: Prosedurnya sama dengan NT, dokter mengambil spesimen berupa nasofaring, orofaring, serum, dan sputum. Sampel ini kemudian dikirim ke Litbangkes. Kasus MD masuk dalam kategori pengawasan.
Lalu, pada Senin, 2 Maret 2020, Presiden Jokowi Widodo menyatakan bahwa kedua individu positif terinfeksi virus corona asal Wuhan atau COVID-19. Hal ini menjadi titik awal penyebaran virus corona di Indonesia. Berdasarkan data jumlah kasus dan tingkat keparahan COVID-19 yang menurun secara signifikan, Negara Kesatuan Republik Indonesia menetapkan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2023. Melalui keputusan tersebut, Presiden Joko Widodo menyatakan bahwa status pandemi COVID-19 telah berakhir dan mengubah status faktual COVID-19 menjadi penyakit endemi di Indonesia.Â
Dengan demikian, penetapan kedaruratan kesehatan masyarakat Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) dan penetapan bencana nonalam penyebaran Corona Virus Disease 2019 (COVID- 19) sebagai bencana nasional secara resmi telah dicabut. Jika covid ditetapkan telah berakhir di tahun 2023. Apakah di tahun 2024 muncul lagi? Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin menyebut, terjadi kenaikan kasus Covid-19 di Indonesia dalam beberapa minggu terakhir. Kondisi ini diperkirakan masih akan terjadi beberapa waktu ke depan dan mencapai puncak pada Januari 2024. "Peak (puncak)-nya paling dua minggu, sampai empat minggu maksimal sudah terjadi penurunan. Mudah-mudahan nanti kita lihat, kalau peak-nya terjadi di Januari, harusnya Februari Insya Allah sudah turun kembali," kata Budi dalam konferensi pers yang ditayangkan YouTube Kementerian Kesehatan RI, Jumat (22/12/2023).
 Budi menerangkan, kenaikan kasus Covid-19 di Indonesia disebabkan karena masuknya subvarian baru virus corona bernama JN.1. Jadi menjaga imunitas tubuh sangatlah penting saat Pandemi COVID-19 agar terhindar dari paparan Virus Corona.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI