Mohon tunggu...
Abrar Bilisanimar
Abrar Bilisanimar Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Still searching...

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Gen-Z, Sosial Media, dan Short Attention Span

24 Juli 2023   14:43 Diperbarui: 24 Juli 2023   15:01 1806
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Oregon Public Broadcasting

Tumbuh dengan berbagai kemajuan teknologi membuat Generasi Z, atau Gen-Z, selalu memanfaatkan kemudahan yang ada. Media sosial tidak dapat lepas dari keseharian Gen-Z. Bagaimana tidak, media sosial menjadi sumber utama bagi mereka dalam mendapatkan informasi. Hasil survei Praxis menunjukkan 54% Gen-Z mengakses sosial media dengan platform-platform seperti Tiktok, Youtube, Instagram, Twitter, hingga Facebook.

Hasil Sensus Penduduk Tahun 2020 menunjukkan bahwa Gen-Z menjadi generasi dengan populasi terbanyak di Indonesia dengan jumlah 71.509.082 atau 26,29% dari penduduk Indonesia. Angka tersebut menjadikan Gen-Z menjadi sasaran para marketer untuk menjaring konsumen. Hasil studi menunjukkan bahwa Gen Z memiliki rentang fokus (attention span) selama 8 detik, lebih rendah dibanding generasi millenial yang memiliki rentang fokus selama 12 detik. Derasnya arus informasi pada media sosial membuat Gen-Z hanya memiliki waktu yang terbatas untuk mendapatkan semua informasi. 

Hal ini dimanfaatkan para perusahaan untuk menyesuaikan strategi marketing mereka agar sesuai dengan karakteristik Gen-Z. Karakteristik konten di sosial media yang sering ditemui antara lain video dengan durasi pendek, memberikan cerita, visual yang jelas, subtitles, video vertikal, hashtags, serta call-to-action.

Namun demikian, perkembangan teknologi dan kemudahan ternyata memberikan dampak buruk bagi Gen-Z. Short attention span menjadi salah satu kekhawatiran yang dimiliki generasi ini. Short attention span dapat ditunjukkan dengan adanya permasalahan dalam mengerjakan satu tugas dalam waktu yang lama tanpa mudah terganggu. Hal ini dapat menyebabkan kurangnya keingintahuan dan berkurangnya minat dalam menelusuri suatu topik lebih dalam sehingga membatas kemampuan mereka dalam berpikir kritis dan mengembangkan pemahaman komprehensif terhadap materi yang kompleks.

Sumber: Twinscience.com
Sumber: Twinscience.com

Permasalahan short attention span harus ditangani agar tidak berlanjut dan memengaruhi produktivitas. Kira-kira apa saja yang bisa dilakukan? Yuk cek video ini!

@ramindodpld Cara memperbaiki attention span Creator Academy Batch 1 Kampusiana #creatoracademybatch1 #kampusiana ♬ Have a Good Day - Muspace

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun