Jika seorang jurnalis tidak bersikap skeptis, dampaknya dapat merugikan proses jurnalisme dan publik pada umumnya:
1. Penyebaran informasi yang tidak akurat: Tanpa sikap skeptis, jurnalis mungkin cenderung menerima informasi tanpa memeriksa kebenarannya dengan cermat. Ini dapat mengakibatkan penyebaran berita palsu, informasi yang tidak diverifikasi, atau klaim yang tidak terbukti secara akurat.
2. Hilangnya kepercayaan publik: Jika jurnalis tidak skeptis dan tidak memeriksa informasi dengan seksama, hal ini dapat merusak kepercayaan publik terhadap media dan jurnalis. Publik akan meragukan keakuratan dan keandalan informasi yang disampaikan.
3. Meningkatnya manipulasi dan propaganda: Dengan tidak adanya sikap skeptis, jurnalis mungkin mudah terpengaruh oleh propaganda atau narasi yang dimaksudkan untuk mempengaruhi opini publik. Ini dapat meningkatkan penyebaran informasi yang tidak objektif dan memperkuat kepentingan pihak tertentu.
Sumber Referensi :
Nugroho, H. (2020). Etika Jurnalistik Kontemporer. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Kovach, B., & Rosenstiel, T. (2018). The Elements of Journalism: Principles of News in the Digital Age. Jakarta: Penerbit Mata Padi
"Etika Jurnalistik: Menegakkan Kemerdekaan Pers dengan Bertanggung Jawab" oleh Yunus Husein (2009)
dan "Media Massa, Politik, dan Kebebasan Pers" oleh Abdul Manan (2010).
McQuail, D. (2013). McQuail's Mass Communication Theory (6th ed.). SAGE Publications Ltd.
.Park, S. H., & Scheufele, D. A. (2019). Media use, perceived importance of news, and perspectives on press freedom: A four-country comparison. Journalism & Mass Communication Quarterly, 96(3), 824-843.
Tsai, M. F., & Yang, C. L. (2020). Media ethics and the challenges of digital era: A comparative study of professional journalism values between Taiwan and China. Telematics and Informatics, 49, 101384.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H