Mohon tunggu...
Abdul Rahim
Abdul Rahim Mohon Tunggu... Administrasi - Bertani, dan menulis buah-buah pikirnya, dalam mengisi masa purna bhaktinya - untuk kemanfaatan yang lebih luas

Sehari-hari menikmati hawa segar udara Palangisang, sebuah desa di Kabupaten Bulukumba, Provinsi Sulawesi Selatan. Memiliki hobi membudidayakan lebah madu, untuk itu sangat tertarik menerapkan filosofi kebaikan lebah madu dalam kehidupan sehari-hari – termasuk kehidupan berdemokrasi. Tertantang untuk berbagi pengalaman tentang sistem dan perubahan pola perilaku. Selalu berupaya menerapkan pola pikir global namun bertindak lokal.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Berdemokrasi ala Demokrasi Lebah Madu

11 Oktober 2014   23:40 Diperbarui: 17 Juni 2015   21:26 218
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1413020373394954587

Adapun seekor ratu yang dipilih langsung oleh masyarakat pengikut menjadi pemimpin, dia tidak bebas keluar meninggalkan komunitas koloni sesudah melakukan perkawinan  dengan beberapa lebah pejantan (pejantan tangguh) dan kemudian ratu lebah ini pada hakekatnya adalah penetas telur, telur sebagai simbol keberlangsungan generasinya, masyarakatnya.

Dalam demokrasi ala lebah madu, berlangsung pula prinsip ekologi dan ekonomi. . Tanaman menyediakan putik dan serbuk sari dan lebah-lebah pekerja datang mengumpulkan untuk kebutuhan rumah tangganya, koloninya.  Terciptalah simbiosis mutualisme antara tanaman (terjadi peristiwa penyerbukan pada tanaman)dan lebah-lebah pekerja memperoleh sumber pakan sebagai kebutuhan rumah tangga koloninya.

Sementara prinsip ekonomi yang  berlaku adalah terbentuknya  sisa atau surplus dari pakan yang dikonsumsi oleh lebah yang kemudian akan disimpan sebagai cadangan pakan. Cadangan pakan inilah yang kemudian 'direngut' dari lebah madu untuk memenuhi kebutuhan manusia, yaitu madu,  royal jelly,  propolis, dll.

Sebagai penutup tulisan ini, saya ingin mengatakan, bahwa kalau kita ingin sukses dalam berdemokrasi, maka kenyataan sekarang ini yang penuh gonjang-ganjing dapat terjadi dikarenakan  proses demokrasi belum berbanding lurus  dengan kepemimpinan yang mengantar rakyat  untuk meraih cita-cita bersama yaitu sejahtera dalam kehidupan sosial dan makmur dalam ekonomi. .

Pemimpin yang demokratis dapat belajar dari  filosofi lebah:" tegas dalam prinsip, berakhir dengan baik (happy ending) serta  berintegritas dan memperjuangkan apa yang terbaik bagi demos (rakyat). Tidak lupa pula kepemimpinannya perlu memiliki empati dalam pelayanan, dimana esensi demokrasi bukan mayoritas melainkan penghormatan (respect) atas kemanusiaan.

Menang dalam pemilu adalah suatu kebiasaan, sayangnya begitu juga kalah. Jadi, dalam pemilu menang kalah sebenarnya soal kecil jika dibandingkan dengan permasalahan yang dihadapi masyarakat dalam kancah persaingan global dewasa ini.

Tujuan akhir pemilu adalah masyarakat yang lebih baik. Pemilu yang demokratis sejatinya seperti prinsip lebah madu dalam membangun demokrasi yaitu memenuhi tiga unsur: Keterlibatan, kontribusi, pengikut dan tanggung jawab. Karena pesta pemilu bukan pesta politisi ataupun partai, tetapi pesta masyarakat, berarti masyarakatlah yang sukses dan menang.

Calon yang kalah pun harus berbesar hati menerima kekalahannya karena dalam demokrasi masyarakat yang lebih dipentingkan (lihat bagaimana proses calon ratu lebah yang tidak terpilih untuk menjadi ratu mereka, pemimpin mereka, seperti telah saya uraikan di atas). Karena itu rakyat harus mengawal jalannya proses demokrasi dan menolak ketika ada yang tidak menghargai pesta rakyat, biarkan demokrasi mengalir dengan kehadiran pemimpin yang memiliki kompetensi konsep dan kompetensi teknis yang dibutuhkan oleh rakyat banyak.

wallahu a'lam bissawab.

Catatan:

Sumber foto: info-peternakan.blogspot.com

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun