Mohon tunggu...
Abraham Tatok
Abraham Tatok Mohon Tunggu... Insinyur - Optimis

Lahir di Pasuruan, 7 juli 1965, sarjana teknik sipil ITN Malang, pernah berada dalam satu tim LSM Bina Sawadaya Masyarakat untuk Program WSLIC (Water Sanitation Low Income Community), pecinta alam dan suka musik.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Galau

14 Februari 2021   11:31 Diperbarui: 14 Februari 2021   11:42 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ingat betapa ceria, berbinar matamu saat pertama ku kenal.

Kau Jatuh cinta padaku, dan menunggu sebuah jawaban,

sebuah senyum samar yang sulit untuk diartikan.

Wajahmu merona penuh tanda tanya.

Kau tahu, ungkapan hati sama sekali tidak bermakna,

masa lalu, bukan guru yang baik bagi kita.

Bukan salahmu.

Aku sangat mengkhawatirkanmu,dan berharap,  

mudah-mudahan ini hanya main-main saja.

Ngeri melihatmu bercanda dengan bilah pisau tajam bermata dua

tanpa sadar...

Baiklah, jika memaksa atas dasar keyakinan cinta.

Akan kunyalakan pelita untuk terangi jalanmu,  

lihatlah sayang, yang kau sentuh hanyalah bayang bayang.

Aku sudah berada diseberang jembatan.

Aku sudah tidak bisa kembali,

pijakan kaki telah runtuh tanpa bekas.

Bidadari nan cantik, mulailah melangkah,

di atas titianmu sendiri, bernama cinta.

ikuti saja cahaya kunang kunang, yang akan membimbingmu

 untuk sampai pada relung hatiku.

Namun bila kelak engkau ragu. 

Akan kukirim sayap merak untuk membawamu kembali,

menjauh dariku.

Derai air mata kepedihan akan hinggap diwajahmu,

aku tahu itu, jangan berkecil hati sayang.

Jalan cinta ini memang terjal, penuh jebakan memilukan,

dari dulu.

Dengarkanlah kata kata terakhirku,

 bila kau sungguh-sungguh cinta padaku.

Segeralah menjauh, kunjungi tempat pengobat hati yang koyak,

namanya... SANG WAKTU

Depok 24 September 2011

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun