Mohon tunggu...
Abraham Sitompul
Abraham Sitompul Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar

pe

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Gen Z: Generasi yang Tidak Dimengerti

20 November 2024   14:25 Diperbarui: 20 November 2024   14:27 12
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

 
1995-1997: Kelahiran Generasi Baru 

Coba bayangkan: Kamu hidup di tengah-tengah tahun 90-an di mana smartphone belum ada, internet adalah hal baru, langka, dan bisa dikatakan aneh, dan komputer rumahan terlihat seperti perangkat dari perang nuklir. Dan kemudian, saat, 1995-1997, datang, secara harfiah membawa awal revolusi yang mengubah lanskap kehidupan manusia. Inilah salah satu periode paling penting dalam sejarah dunia sebagai takdir, membawa perubahan yang membawa keadaan dan kondisi kehidupan manusia ke posisi saat ini.   

1995 dibuka dengan peluncuran PC Windows 95 oleh Microsoft, sebuah situs baru yang membuat penggunaan PC jauh lebih mudah dan nyaman dan yang akan terus diperbarui menjadi sistem yang kami gunakan sekarang ini Pemasaran telah banyak diperdebatkan dan dibandingkan dengan peluncuran iPhone sekarang, dan menambahkan paket dubur Windows 95 Plus! Microsoft memperkenalkan browser Internet Explorer, satu-satunya kompetitor besar Netscape Navigator. Dan bisa Anda bayangkan bagaimana perasaan publik yang relatif baru terhadap internet ketika bersaing dengan dua browser yang sepenuhnya menantang untuk meningkatkan pengalaman internet. Selain itu, tahun itu juga menyaksikan terobosan hiburan terkini. Ballet Pixaria Toy Story, film animasi pertama, dirilis. Ini mempresentasikan langkah baru dalam menggunakan teknologi pada perfilman sebagai hiburan. Sekitar saat yang sama, DVD diperkenalkan sebagai pengganti kasus VHS. Demikian gambar baikannya -- tentang saat-saat gambar yang lebih besar, dan Anda dapat menyaksikan berulang kali tanpa perlu berisik. Itu luar biasa! 

Kemudian, di tengah perkembangan teknologi di dunia komputasi dan hiburan, muncul Match.com, situs kencan online pertama. Ya, inilah cikal bakal dari Tinder, Bumble, dan aplikasi kencan lain yang telah mengubah dunia percintaan di zaman modern. Match.com akan mengubah bagaimana manusia bertemu dan jatuh cinta dan membawa dunia percintaan dari dunia nyata ke dunia maya.

Di saat yang sama, dunia perdagangan juga mengalami revolusi besar dengan munculnya eBay dan Amazon.com. Jeff Bezos, pengusaha muda yang tidak dikenal, mendirikan Amazon dari garasi rumahnya dan mengubah cara kita berbelanja selamanya. Inilah awal mula e-commerce, di mana kita bisa membeli dan menjual apa pun tanpa harus memiliki toko fisik, sesuatu yang sekarang menjadi bagian tak terpisahkan dari hidup kita. 

Teknologi dan inovasi manusia di tahun ini akan merevolusi peradaban manusia, teknologi yang lahir di tahun yang sama dengan generasi manusia baru, sebuah generasi yang akan dibesarkan beriringan dengan teknologi, generasi yang akan mengubah cara hidup manusia, generasi yang akan menanggung dosa besar teknologi, generasi Z. 

Apasih Gen Z?  

Zaman sekarang, banyak banget orang yang mengacu pada gen z saat berbicara mengenai teknologi dan masa depan. Biasanya merujuk pada anak-anak muda di sekolah, dan pasti kamu sering banget dengar kata "Gen Z" saat ada seminar adiksi, bullying, atau pornografi. Tapi apa sih sebenernya Gen Z itu?  Gen Z adalah generasi yang mencakup orang-orang yang lahir antara sekitar tahun 1997 hingga 2012. Mereka dikenal sebagai digital native atau generasi pertama yang benar-benar tumbuh di tengah perkembangan teknologi masif yang melahirkan internet dan media sosial sejak kecil. Karena itu, Gen Z sangat tidak asing dengan dunia online dan tentunya menggunakan teknologi di hampir semua aspek kehidupan mereka.

Gen Z memiliki karakteristik yang sangat berbeda dibandingkan generasi-generasi pendahulunya dan salah satu hal yang membedakan mereka adalah cara mereka berinteraksi dengan sesama. Sebagai generasi yang tumbuh besar dengan internet, mereka tentunya sudah sangat terbiasa dengan segala hal yang serba instan tanpa perlu melakukan usaha yang besar secara fisik. Mereka mengutamakan kenyamanan dan kecepatan dalam setiap aspek kehidupan mereka, mulai dari mencari uang hingga mendapatkan hiburan.  

Gen Z juga sangat bergantung pada media sosial untuk berkomunikasi, mendapatkan informasi, dan hiburan. Platform seperti Instagram, TikTok, X, dan YouTube telah menjadi alat yang bagi mereka, wajib dimiliki. Mereka menggunakan media sosial untuk tidak hanya bersosialisasi, tetapi juga untuk berkreasi, berbisnis, dan mengutarakan isu-isu sosial yang penting bagi mereka.  

Gen Z vs Generasi Pendahulu  

Seperti yang telah kita bahas, generasi teknologi ini memandang kehidupan dari sisi yang berbeda dari generasi-generasi sebelumnya. Hal ini membuat mereka sering kali membuat mereka sering kali menghadapi konfilk dengan generasi pendahulu mereka seperti Gen X dan Milenial yang mungkin merasa tidak nyaman dengan kebiasaan dan cara berpikir mereka. Ada beberapa alasan mengapa Gen Z dianggap berbeda, bahkan terkadang tidak disukai oleh orang lain. 

Yang pertama ialah ketergantungan dengan teknologi. Generasi sebelumnya mengkritik dengan keras pengaruh dan kontribusi teknologi dalam kehidupan Gen Z. Mereka merasa opini generasi ini terlalu bergantung dan mengikuti arus media sosial, dan bukan berdasarkan dunia nyata dan pengalaman. Tidak sedikit yang menganggap Gen Z sebagai keyboard warrior yang hanya berani mengutarakan opini mereka di balik identitas dan wujud asli mereka. Banyak yang berpendapat di masa generasi terdahulu, seorang harus mempertahankan opini dan pendapat mereka, muka dengan muka, dengan risiko mendapat pukulan dari oposisi. Di sisi lain, generasi zoomers dinilai menganggap remeh ucapan dan opini yang mereka utarakan karena konsekuensi minim yang mereka terima dibalik perlindungan layar mereka. Generasi yang tidak mendapat konsekuensi atas ucapan mereka. Generasi yang alergi terhadap kegagalan, karena mereka tidak pernah belajar untuk gagal dan kembali bangkit lagi. 

Tidak sedikit juga generasi X yang tidak menyukai etos kerja Gen Z. Mereka dinilai sebagai generasi yang ingin segala sesuatu dengan instan, tidak ingin berusaha untuk mendapatkan apa yang mereka mau. Tidak ingin bertemput di luar zona nyaman mereka. Mereka memilih mencari jalan pintas untuk segala sesuatu, Mereka dinilai terlalu picky terhadap pekerjaan yang ingin mereka lakukan dan memiliki terlalu banyak preferensi atas apa yang ingin mereka kerjakan.  

Tentunya banyak sekali stigma negatif yang melekat pada Generasi dan teknologi yang lahir bersamaan ini. Namun, apakah stigma dan kritik tersebut dapat dibenarkan? Atau adakah cerita yang lebih besar, potensi yang tak disadari oleh generasi pendahulu dan mungkin generasi ini? Mungkinkah mengutarakan pendapat dari belakang komputer merupakan suatu upaya agar sebuah opini yang akan dibungkam oleh arus tradisional dapat menjangkau banyak orang? Mungkin julukan keyboard warrior bukanlah sesuatu yang negatif, namun sebuah julukan bagi para pejuang yang ingin opini mereka didengar, opini yang jika mereka utarakan di dunia nyata akan mendapat pukulan keras dari orang-orang yang tidak siap untuk mendengar pendapat yang berbeda, pendapat yang menyindir dan ingin merevolusi kebobrokan yang dihidupi oleh masyarakat selama berabad-abad. Dengan bantuan media sosial, suara rakyat paling kecil dapat menggema di telinga penguasa paling elit. Ya, mungkin generasi ini kurang mendapat konsekuensi atas ucapan mereka, namun bukankah itu membuat mereka tidak takut untuk mengutarakan ide dan inovasi mereka? Ketatukan yang sama yang membuat ide revolusioner yang tak tersampaikan dan membusuk di kepala banyak anak-anak generasi sebelumnya.   

Isu berikutnya merupakan etos kerja, di mana Gen Z dinilai tidak bekerja sekeras generasi sebelumnya. Namun apakah ini berarti generasi ini lebih buruk dari generasi sebelumnya, atau malahan lebih baik? Kebanyakan generasi Z dan sebagian dari Millenial mengedepankan Work-Life Balance dibanding gaji yang mereka terima. Menurut Delloite, Gen Z tidak terlalu memprioritaskan gaji dibanding generasi sebelumnya. Mereka lebih mengutamakan pekerjaan yang mereka minati meskipun itu berarti mereka akan mendapat pendapatan yang lebih sedikit dibandingkan pekerjaan yang mereka kurang minati. Berbeda dengan mentalitas generasi pendahulu mereka yang rela melakukan pekerjaan diluar minat mereka demi bayaran yang lebih tinggi agar dapat menafkahi keluarga mereka. Gaya hidup ini membuat mereka mendapat julukan "Live to Work" sedangkan Gen Z lebih mengadopsi prinsip "Work to Live." Gen Z lebih memprioritaskan kebahagian dan kesehatan mental mereka dibanding kekayaan dan tekanan yang besar. Menurut survey UKG, 58% Gen Z lebih memilih waktu cuti yang lebih daripada peningkatan gaji. Tentu mentalitas ini membuat para pemilik perusahaan menjadi kesal dan tidak menyukai generasi baru ini. Namun, bukankah hal ini merupakan bukti bahwa generasi 97 -- 12 merupakan salah satu dari yang pertama yang terbuka matanya kepada kesehatan mental dan kebahagiaan, 2 hal terpenting dalam kehidupan? Mungkinkah generasi ini lebih mengerti esensi dan prioritas dalam kehidupan dibanding generasi-generasi sebelumnya? Generasi Z mendapatkan kebencian atas pola pikir mereka, namun mungkin saja pola pikir ini yang akan mengubah dunia perusahaan menjadi lebih manusiawi dan lebih memprioritaskan karyawan mereka dibanding keuntungan.   

 

Dunia yang Lebih Baik

Generasi Z, sebuah generasi yang lahir dan tumbuh bergandengan dengan teknologi. Generasi yang mata dan kepalanya dibukakan oleh internet. Generasi yang disatukan dari berbagai belahan dunia melalui media sosial. Sebuah generasi yang memilih jalan hidup yang berbeda dengan arus tradisional. Generasi yang tidak takut untuk mengutarakan pendapat mereka.  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun