Mohon tunggu...
Muhammad Fadil
Muhammad Fadil Mohon Tunggu... Pustakawan - Pustakawan

"Membaca meningkatkan pengetahuan, Menulis akan menambah kosa kata baru, dan Perpustakaan adalah lokasi terbaik untuk mendapati keduanya"

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Apa Salahku?

29 Desember 2023   07:00 Diperbarui: 29 Desember 2023   08:35 169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pelupuk mata mengeras

Timbunan debu awal mula retakan tanah

Tangis mengukir jalan di pipi putih

Awan kelabu gambaran derita.

Bulir-bulir cahaya melewati kelam

Mengganggu tenang

Reaksi hati meronta tanpa henti

Tanpa daya, ucapan paling ikhlas terlepas.

Tantrum suara detonasi

Kehilangan sebuah persepsi basi

Mandala terpecah belah

Bertebaran seni histeria.

Bagaikan satu tubuh

Salah satu anggota mengadu

Pedih menjalani hari

Tapi aku bisa tidur tanpa terganggu.

Rangsangan nyata menuntun mimpi

Dari jauh terlihat sosok suci

Memalingkan wajah dari aku yang ingin berlabuh.

Apa salahku?

Tangan indah merujuk gersang tanah

Arahan kota yang paling banyak membanjiri doa

Tertunduk lesu, Bibir terdystonia

Apakah aku masih umatmu?.

Yogyakarta,

28 Desember 2023

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun