Mohon tunggu...
Muhammad Fadil
Muhammad Fadil Mohon Tunggu... Pustakawan - Pustakawan

"Membaca meningkatkan pengetahuan, Menulis akan menambah kosa kata baru, dan Perpustakaan adalah lokasi terbaik untuk mendapati keduanya"

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Kukan yang Terkekang

28 Juli 2023   07:00 Diperbarui: 28 Juli 2023   07:05 278
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi gambar diambil dari istockphoto.com

Pemalu, sifat terlalu kukuh untuk titik temu 
Diam menjadi penantian
Bijak melangkah berantara
Dialog berbisa sekilas tertawa.

Mata bak sabit, senyum menggoda
Berlainan arah terhadap mata indah bulan purnama
Interaksi dua arah sulit bertemu
Pemalu lupa kata berpapasan menjadi angin lalu, menuju periang yang tak mengerti isyarat tunggu.

Insomnia, kiasan bagi pola tidur terganggu
Nokturnal menjadi perhatian seseorang yang tertidur pulas saat fajar berlabuh.

Pikiran bercakap pada ingatan
Skenario adalah angan-angan dipoles melalui harapan

Pagi berkenan, mengantuk pun hilang
Memantau balik kaca, ia berjalan melalui perantara pada dinding rapuh berlapis warna.
Senyumku tulus terpadu malu
Suara lirih terkontaminasi hati

Lagu bentuk cinta, kunyanyikan sebagai representasi dirinya
Semua kode alam telah dibuka
Tak peka menyakiti diri
Iba terselimuti senyum palsu

Desas-desus bertengger ditelinga
Lingkaran gelap mengelilingi kedua mata
Wajah pucat tengguli
Kacamata penutup kegugupan meredup

Pupus, seperti quotes. "Sebuah epilog tanpa prolog. Kisah yang tak pernah dimulai namun sudah berakhir  tanpa kata selesai"

Kukang yang terkekang,
Analogi hati bagi rasa yang terpendam,
Tanpa dendam menelusuri kata tenang

Yogyakarta, Muhammad Fadil
27 Juli 2023

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun