"Umar!" Intruksi tanda ikuti.
Teras pondok tempat ternyaman bernaung, bergegas pergi dari hujan siap menimpa seluruh area jangkauannya.
Selagi aku pandangi hujan, temanku membawa alat dan bahan untuk menyeduh kopi. Air mendidih tertuang, bak air terjun meninggalkan hawa dibalik jatuhnya.
Â
Pondok panggung berdiri, tinggi.
Pohon bergerak, menggugurkan daun ketepian, suasana lebih lapang. Rintik hujan bertemu, terpal basah menampung genangan.
"Hah, hujan lagi!"
"Kenapa temanku?, kamu selalu cepat berubah sikap"
Mengaduk kopi searah jarum jam, diam tanpa kata, berpapasan pada raut wajah datar tak bergeming.
"Target tak sampai, bagaimana mengubahnya lagi?."Â
Menepuk pundaknya, sembari berkata.
"Tak perlu risau, rezeki tuhan tentukan, rencana adalah sedikit usaha sebagai alasan tuhan untuk membantu."
***
Umar mencoba menghidupkan rokok, rintik hujan sedikit membasahi puntungnya...
Kegembiraan. Tertawa kecil umar mengindahkan teman bercerita tentang ia dan kekasihnya soal hujan.
Suatu waktu perjalanan telah disiapkan matang, tanpa ada tertinggal pada rencana. Sialnya hujan tak berkompromi pada mereka. Pertengahan jalan, guyur hujan merubah sikap, pemberhentian jadi solusi terbaik saat itu.
Emosi. Si wanita mencaci hujan disaat mereka ingin berdua ditemani oleh motor tua.