Garis mata dibalik senyuman. Sipit, bagai bulan sabit menyinari malam
Simpul senyum mengikat kebiasaan, Rasa ambigu setiap tatapan
Mencuri, bukan benda yang tercuri. Tapi aku mencuri pandang disetiap kesempatan.
Diam, ungkapan sang melankolis terbayang, Lupa diri bila ia perhatikan
Bersemayam tak berjarak, Melayangkan pandang ia membaca.
Tangan daku  menompang wajah, Meja kaca jadi saksinya.
Pipi sedikit gembul, mempertegas cantiknya. Senyumku tanpa sadar menafsirkan rasa.
Bahkan hati pun berkata : Melihat Tuhan pada dirinya. Karena karya Tuhan adalah sebuah keindahan.
Buku tergenggam erat. Gerakan mata seiring kata
Imajinasi memasuki pikirannya. Dan delusi memasuki pikiranku.
Muhammad Fadil
Rejang Lebong, 09.12.2022
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI