Mohon tunggu...
abraham raubun
abraham raubun Mohon Tunggu... Ahli Gizi - Ahli gizi
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Olah raga, kuliner

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Kapan Kata Gizi Mulai Dikenal?

3 Maret 2023   13:42 Diperbarui: 3 Maret 2023   13:52 199
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Kata gizi secara umum sudah banyak dikenal. Ketika mendengar kata gizi, orang langsung berpikir tentang hal yang berkaitan dengan makanan. Iklan-iklan yang terkait dengan bahan makanan atau makanan banyak mengemukakan kandungan berbagai zat gizi yang dipromosikan terutama kaitannya dengan Kesehatan dan kebugaran tubuh.

Sering ketika mendengar beberapa ibu berbincang-bincang tentang makanan bagi anak-anak mereka, beragam pendapat dan pengalaman yang muncul. Ada yang setengah mengeluh karena anaknya susah makan. Ada pula yang mengatakan anaknya lebih suka minum susu formula dibandingkan dengan makanan yang diberikan. Ada juga yang mengatakan bahwa selera makan anaknya begitu baik sehingga makannya banyak dan sebagainya dan sebagainya. Bahkan ada juga ibu-ibu yang mengemukankan rasa bingung karena mau masak apa hari itu. 

Ada anggota keluarga yang sangat menyukai satu jenis makanan, tetapi anggota keluarga lainnya tidak suka. Dari hari-kehari ibu-ibu ini harus berpikir keras mengatur menu apa yang akan disajikan. Apalagi ketika sudah memasak dan menyajikan makanan untuk hari itu, anak-anaknya tidak makan tetapi memesan makanan lewat ojek online, hal ini banyak membuat hati ibu-ibu menjadi kesal. Itulah dilema sehari-hari yang umum dihadapi oleh para kaum ibu yang berada di rumah. Kesemuanya itu terkait dengan makanan. Lalu bagaimana sampai makanan ini begitu banyak membawa dinamika persoalan dalam keluarga mulai dari dalam dapur sampai ke meja makan?

"This matter doth go moche by the educayion or by hrynngynguo of the people, the which have been nourished or nutrifyde with breade. Breade, the whiche is nutryryvr. They be compytent of nutriment.."  Demikian yang diceritakan Todhunter dalam bukunya "Essays on history of Nutrition Dietetics "(1967)  tentang Andrew Boorde (1490-1544) yang menulis surat kepada raja Henry VII dalam bahasa Inggris kuno seperti di atas.

Mungkin agak sulit membaca kalimat tersebut di atas. Tapi intinya dari kalimat tersebut itulah asal-muasal kata nutrition dikenal. Suatu kepustakaan kuno yang juga menelusuri asal usul kata Bahasa Inggris Nutrition dari kamus Oxford, menemukan bahwa kata Nutrition dan turunannya ternyata telah digunakan pada abad ke-15. Misalnya kata nutritive (dipakai tahun 1440, nutrient dan nutritious, tahun 1661).

Menelusur sejarah itu penting. Mengapa? Karena sejarah adalah informasi dan kesaksian kejadian atau realitas masa lalu. Bermanfaat sebagai ingatan, petunjuk dan pengalaman berharga bagi kehidupan yang lebih baik sekarang dan masa mendatang. Kalau sejarah dilupakan berarti informasi dan pembelajaran masa lalu hilang, manfaatnyapun tidak bisa dipetik dan sirna. Disamping itu kalau paham sejarahnya kita jadi tahu jalan perkembangannya dari mulai dulu, siapa saja yang berjasa dalam perkembangan ilmu tersebut dan sebagainya. Demikian pula halnya dengan mempelajari sejarah ilmu gizi.

Dari mana perkembangan ilmu gizi ini dipahami? tentu tidak lepas dari sejarah perkembangan ilmu gizi itu sendiri. Mendalami suatu ilmu pengetahuan memang perlu belajar dari sejarah perkembangannya. Itulah yang dikatakan Auguste Compte (1798-1857). Mengapa demikian? Ia beralasan hakikatnya ciri penting dari suatu ilmu adalah selalu berkembang atau berubah menuju kesimpulan yang lebih mendekati kebenaran. 

Ibarat kata pepatah Jawa " Isuk dele, sore tempe" (pagi masih kedele, sore sudah jadi tempe). Suatu teori yang saat ini dianut kemungkinan besok diganti oleh teori lain yang lebih baik. Juga Cohen menambahkan kemajuan suatu ilmu pengetahuan bergantung pada kemampuan mengoreksi diri. Menarik untuk lebih mendalami perkembangan ilmu gizi sejak abad ke 17 serta bagaimana penerapannya di dalam berbagai segi kehidupan suatu bangsa, termasuk perkembangan kelembagaan atau institusinya di Indonesia.

Kini kata gizi tidak asing lagi di kalangan masyarakat, namun sebenarnya di Indonesia Istilah "gizi" dan "ilmu gizi" baru mulai dikenal sekitar tahun 1952-1955. Jika di telusur  kata itu diterjemahkan dari Bahasa Inggris nutrition. Aslinya dari kata "ghidza" (Bahasa Arab) berarti makanan. Orang-orang Mesir dalam dialeknya melafalkan "ghidza"  sebagai "ghizi". Selain itu sebagian orang menerjemahkan nutrition dengan membunyikannya sebagai "nutrisi". 

Lain lagi kalau diperiksa dalam kamus umum Bahasa Indonesia. Disitu Badudu-Zain tahun 1994 menjelaskannya sebagai "ilmu makanan ternak".  Sedangkan dalam disiplin ilmu kedokteran hewan disebut "ilmu nutrisi makanan ternak". Namun yang lazim dan resmi, baik dalam tulisan ilmiah maupun dokumen pemerintah seperti dalam buku Repelita dulu sampai sekarang, hanya digunakan kata gizi. Karenanya zat-zat dari makanan terkait Kesehatan manusia kata Gizi lebih tepat digunakan dari pada "nutrisi". Kata "Nutrisi" banyak di pakai untuk menyatakan zat-zat gizi yang dikandung dalam makanan ternak.

Lain lagi halnya dengan WHO. WHO memberi pengertian ilmu gizi sebagai ilmu yang mempelajari "Proses yang terjadi pada organisme untuk mengambil dan mengolah za-zat padat dan cair dari makanan yang diperlukan untuk memelihara kehidupan, pertumbuhan, berfungsinya organ tubuh, dan menghasilkan energi".   Memang konsep gizi yang menyatakan bahwa manusia memerlukan zat-zat tertentu dari makanan dalam jumlah tertentu pula, pada dasarnya adalah konsep abad modern. Faktanya baru pada awal abad 20, tepatnya setelah penemuan di bidang-bidang ilmu lain yang menjadi dasar ilmu gizi, khususnya di bidang ilmu kimia, ilmu faal, atau fisiologi dan penemuan-penemuan vitamin, protein dan zat gizi lainnya.

Konsep di atas kemudian diperkuat dengan perkembangan ilmu teknologi pangan (food science and technology). Intinya mempelajari makanan sebagai pembawa komponen tertentu untuk dikonsumsi dalam jumlah yang seimbang dan aman serta memenuhi selera. Jika diperhatikan, keterkaitan ilmu gizi dan ilmu teknologi pangan semakin hari makin nyata pada perkembangan selanjutnya. Menariknya lagi, perkembangan ilmu gizi dan ilmu teknologi pangan sendiri mengikuti perkembangan masalah yang dihadapi manusia. Pada dasarnya manusia inging kelangsungan hidupnya lebih lama. Karenanya dari waktu ke waktu muncul berbagai tantangan, utamanya untuk dapat menentukan jenis dan kecukupan gizi yang optimal untuk mendukung kelangsungan hidup manusia yang makin panjang dan produktif.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun