Mohon tunggu...
Abraham Wirotomo
Abraham Wirotomo Mohon Tunggu... Peneliti -

Tenaga Ahli Kantor Staf Presiden Peneliti Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Mudik 2016, Kemacetan Terparah Sepanjang Sejarah: Kotak Hitam dan Kambing Hitam

5 Juli 2016   03:23 Diperbarui: 5 Juli 2016   03:55 1400
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kedua, berdasarkan studi ekonomika keperilakuan (behavioral economics) terkait kemacetan, hal yang sebenarnya membuat orang stres dari kemacetan adalah ekspektasi. Kita cenderung stres bukan karena lama perjalanan mudik, namun kita cenderung stres karena kita memperkirakan lama perjalanan mudik lebih singkat dibandingkan dengan realitanya. Bagi kita yang cukup tua untuk mengingat zaman dimana harga tiket pesawat masih sangat mahal dan memiliki kampung yang sangat jauh. 

Kita bisa mengenang pada masa dimana untuk mudik, kita bisa membutuhkan waktu beberapa hari untuk mencapai kampung halaman. Dan pada saat itu, kita tidak begitu stres karena sudah memperkirakan lama perjalanan untuk pulang kampung memang membutuhkan waktu beberapa hari. Stres kita muncul ketika kita memperkirakan waktu mudik hanya setengah hari namun ternyata menghabiskan waktu hingga 1 atau 2 hari. Disini keterbukaan dan kejujuran pemerintah tentang kesiapan jalur mudik menjadi penting. 

Pemerintah perlu secara terbuka dan jujur untuk menyampaikan kepada masyarakat kondisi jalur mudik serta perkiraan lama perjalanan. Jika memang belum siap dan perjalanan diperkirakan akan berlangung lama bagi para pemudik, maka pemerintah perlu menyampaikannya kepada publik. Sehingga para calon pemudik secara mental sudah siap dengan kondisi dan lama perjalanan mudik.

Ketiga, penggunaan teknologi informasi. Saat ini sudah ada banyak aplikasi yang dapat membantu kita mengenai transportasi, baik itu aplikasi dalam kita menggunakan sarana transportasi maupun dalam kita memesan dan membeli fasilitas transportasi tertentu. Saat ini tidak ada hambatan teknologi yang berarti jika kita ingin memiliki suatu aplikasi dimana kita saling bertukar rencana mudik kita. Sehingga kita bisa saling mengetahui kapan orang lain mudik. Sehingga kita bisa menghindari sumber permasalahan mudik yang pertama. Namun teknologi ini hanya berhasil apabila kita semua turut aktif dalam menggunakan aplikasi tersebut dan secara jujur dan tertib dalam menyampaikan rencana mudik kita.

Keempat, kita perlu menyiapkan harga mudik yang lebih flexible. Ekonom sudah lama menyampaikan salah satu permasalahan dari penggunaan fasilitas publik secara berlebihan adalah karena harga yang dibebankan ke setiap pengguna selalu sama. Disisi lain, hukum ekonomi menyampaikan bahwa nilai suatu komoditas menjadi semakin tinggi ketika jumlah permintaan lebih besar. Ini artinya, harga tol dan tiket menjadi semakin murah pada jam-jam tertentu. 

Juga dengan perkembangan teknologi informasi, sebenarnya tidak ada kendala teknologi apabila pemerintah ingin memperkirakan jam dan hari minat masyarakat untuk mudik paling besar. Dengan perkiraan tersebut, pemerintah bisa menyesuaikan harga tiket dan tol dengan tingkat permintaan. Harga yang lebih flexible akan mendorong masyarakat untuk membagi waktu kapan mereka mudik. Sebagai contoh, untuk suatu jalur tol tertentu, katakan H-2 jam 18 adalah saat dengan jumlah permintaan tertinggi dibandingkan H-2 jam 13. Dengan perkembangan teknologi informasi yang ada, sebenarnya tidak ada kendala teknologi bagi untuk menetapkan harga tol yang lebih tinggi pada H-2 jam 18 dibandingkan harga untuk H-2 jam 13. 

Dengan demikian, secara tidak langsung pasar akan membagi kelompok masyarakat berdasarkan daya beli dan seberapa besar permintaan mereka atas penggunaan fasilitas transportasi tertentu pada saat tertentu. Untuk tetap menjaga rasa keadilan, ekstra harga yang diperoleh digunakan untuk mensubsidi waktu mudik yang memiliki permintaan relatif kecil. Sehingga bagi masyarakat yang kurang mampu tetap memperolah margin benefit dari harga yang lebih rendah.

Untuk penutup, melihat sejarah kemacetan yang selalu terjadi pada saat mudik, kunci dari mengurai permasalahan ini adalah komitmen dari pemerintah dan masyarakat. Dengan perkembangan teknologi yang ada, sebenarnya tidak ada tantangan berarti dalam hal teknologi untuk menyelesaikan permasalahan macet pada saat mudik. Sekarang tinggal kembali ke masing-masing pihak. Apakah kita memang mau dan siap untuk menanggung konsekuensi-konsekuensi jika kita menurunkan kemacetan pada saat mudik.

Selamat menjalani ritual mudik bagi yang menjalaninya.

Nuwun
Abraham Wirotomo

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun