Sritex adalah sebuah industri tekstil yang berkantor pusat di Sukoharjo, Jawa Tengah. Sritex beroperasi sejak tahun 1966, didirikan oleh H.M Lukminto. Saat awal berdiri dan beroperasi, bisnis ini memulai dari UD Sri Redjeki dan mendirikan pabrik yang memproduksi kain mentah. Dua belas tahun beroperasi yaitu pada tahun 1978, UD Sri Redjeki menjelma menjadi PT. Sri Rejeki Isman. Selang empat tahun kemudian pada tahun 1982 Sritex mendirikan pabrik pertama untuk penenunan, pada 1984 tak tanggung-tanggung sritex mendapat order dan dipercaya oleh pasukan militer Nato dan Jerman untuk memperoduksi seragam militer mereka. tentunya hal ini merupakan pertanda dari keberhasilan perusahaan dalam menjalankan bisnis dalam artian bisnis berjalan lancar. Pada saat itu Sritex mampu menampung empat lini produksi sekaligus, yaitu pemintalan, penenunan, penyelesaian dan garmen, hal ini tentu dilakukan bersamaan dengan ekspansi pabrik. Perusahaan terus melakukan ekspansi hingga melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2013.
PT Sri Rejeki Isman Tbk atau yang kita kenal dengan namaPada oktober 2024 Industri tekstil dan khalayak umum dikejutkan oleh kabar pailitnya Sritex. Raksasa tekstil ini dinyatakan pailit oleh Pengadilan Negeri (PN) Niaga Semarang. Peyebab Sritex diputus pailit oleh PN Niga Semarang karena memiliki utang dagang yang harus dibayar terhadap PT Indo Bharat Rayon senilai Rp. 101.30 Miliar atau setara 0,38 % dari total liabilitas (utang dagang) Sritex. Merujuk pada putusan dengan nomor perkara “2/Pdt.Sus-Homologasi/2024/PN Niaga Smg”. PN Niaga Semarang mengabulkan permohonan pembatalan perdamaian yang diajukan oleh PT Indo Bharat Rayon selaku salah satu kreditur Sritex. Namun disisi lain Sritex tengah mengajukan kasasi ke Mahkamah Agung. Untuk diketahui, hingga september 2022 total kewajiban finansial atau tanggung jawab keuangan yang harus dibayar atau dipenuhi (liabilitas) Sritex mencapai US$ 1,6 miliar, jika dikonversi dalam bentuk rupiah setara dengan nilai Rp. 25,04 triliun (kurs Rp.15.700/US$).
Kondisi utang Sritex tentu dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik faktor internal perusahaan maupun eksternal. Industri tekstil Indonesia mengalami penurunan sejak tahun 2022. Penurunan ini terdiri dari penurunan kinerja, baik dari segi ekspor, produksi, penjualan, maupun jumlah tenaga kerja. Di sisi lain, bahan baku industri tekstil Indonesia dominan mengandalkan impor karena Indonesia tidak memiliki alat produksi (pabrik) bahan baku seperti polyester, sutra, serat tekstil, serat staple, benang filament, benang tenunan, benang rajutan, sulaman atau bordir, kapas. Tentunya hal ini berdampak pada tingginya biaya produksi tekstil dalam Negeri, oleh sebab itu dalam kesempatan ini penulis ingin memberikan salah satu rekomendasi bagi dunia tekstil Indonesia yaitu membangun sistem hulurisasi hingga hilirisasi industri tekstil untuk memastikan ketersediaan bahan baku dalam Negeri dan produksi lebih murah sehingga berdampak pada harga dan kualitas barang yang kompetitif.
Sritex menghadapi situasi yang kompleks dan rumit, putusan pailit memberikan dampak negatif terhadap keberlangsungan korporasi, kondisi ini mengancam keberlangsungan usaha Sritex dan berpotensi menimbulkan dampak negatif bagi ribuan pekerja serta sektor tekstil secara keseluruhan. Di sisi lain angin segar bantuan pemerintah memberikan harapan baru bagi perusahaan, namun sampai hari ini publik masih bertanya-tanya terkait bantuan pemerintah terhadap Sritek ini akan berbentuk apa. Siatuasi sritex ini sampai mendapat perhatian Presiden RI, tak heran sebab Sritex merupakan satu perusahaan textile Indonesia yang memiliki sejarah panjang dan kontribusi terhadap Indonesia. Jika dilihat dari problem dan penyebab Sritex yang diputus pailit oleh PN Niaga Semarang, dalam hal ini tentunya strategi restrukturisasi utang adalah salah satu langkah yang bisa dilakukan untuk menyelamatkan sritex. Restrukturisasi utang merupakan upaya untuk mengatur ulang kewajiban keuangan perusahaan dengan cara mengubah jangka waktu pembayaran, tingkat bunga, atau bahkan jenis utang itu sendiri.
Dengan kondisi Sritex yang telah diputus pailit oleh PN Niaga Semarang peran pemerintah sangat strategis dalam membantu aksi restrukturisasi utang Sritex. Dengan melakukan restrukturisasi, Sritex dapat memperoleh beberapa manfaat positif untuk perusahaan diantaranya. Pertama, meringankan beban keuangan. Dengan mengubah struktur utang, Sritex dapat mengurangi beban pembayaran bunga dan angsuran pokok sehingga arus kas perusahaan menjadi lebih sehat. Kedua, meningkatkan likuiditas. Restrukturisasi dapat memberikan ruang gerak yang lebih besar bagi Sritex untuk mengalokasikan dana untuk investasi, pengembangan produk, atau kegiatan operasional lainnya. Ketiga, memperkuat struktur keuangan. Dengan utang yang lebih terkelola, struktur keuangan Sritex akan menjadi lebih kuat dan menarik bagi investor.
Analisis Keuangan Sebagai Landasan Restrukturisasi
Sebelum melakukan restrukturisasi, Sritex perlu melakukan analisis keuangan yang mendalam. Brigham menekankan pentingnya analisis rasio keuangan untuk mengevaluasi kinerja perusahaan. Beberapa analisis rasio keuangan yang relevan dan bisa digunakan untuk kasus Sritex adalah.
Pertama, Analisis Rasio Likuiditas (metrik keuangan yang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya), rasio lancar dan rasio cepat akan menunjukkan kemampuan Sritex dalam memenuhi kewajiban jangka pendek.
Kedua, Analisis Rasio Solvabilitas (rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban finansial jangka panjangnya), Rasio utang terhadap ekuitas dan rasio coverage akan memberikan gambaran tentang struktur modal dan kemampuan perusahaan dalam membayar utang jangka panjang.
Ketiga, Analisis Rasio Profitabilitas (cara untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dan tingkat efektivitas manajemen), Margin laba kotor, margin laba bersih, dan return on equity akan menunjukkan efisiensi operasi dan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba.
Keempat, Analisis Rasio Aktivitas (metrik keuangan yang digunakan untuk mengukur seberapa efisien perusahaan dalam menggunakan asetnya untuk menghasilkan pendapatan dan uang tunai) Perputaran persediaan dan perputaran piutang akan menunjukkan efisiensi dalam mengelola aset. Dengan menganalisis rasio-rasio tersebut, Sritex dapat mengidentifikasi akar permasalahan keuangan dan menentukan langkah-langkah perbaikan yang tepat.
Strategi Restrukturisasi Utang
Jika analisis keuangan telah dilaksanakan, Sritex dapat merumuskan strategi restrukturisasi utang yang komprehensif seperti melakukan negosiasi dengan kreditur, Sritex perlu melakukan negosiasi dengan para kreditur untuk mencapai kesepakatan mengenai perubahan struktur utang, seperti perpanjangan jangka waktu pembayaran, pengurangan tingkat bunga, atau konversi utang menjadi ekuitas. Langkah penjualan aset non-core juga penting dilakukan, Sritex dapat menjual aset-aset yang tidak terlalu penting bagi kegiatan operasional perusahaan untuk mendapatkan dana segar yang dapat digunakan untuk melunasi utang. Peningkatan efisiensi operasional, dengan melakukan efisiensi biaya, Sritex dapat meningkatkan arus kas sehingga mampu memenuhi kewajiban utangnya. Penting bagi Sritex mengambil langkah ekspansi ke pasar baru, Sritex dapat memperluas pasar dengan mengembangkan produk baru atau memasuki pasar yang belum terjamah untuk meningkatkan pendapatan dan perlu melakukan kerjasama strategis, membangun kerjasama dengan perusahaan lain dapat memberikan akses ke sumber daya baru dan memperkuat posisi Sritex di pasar.
Langkah-Langkah Restrukturisasi Utang
Proses restrukturisasi utang bukanlah hal yang mudah dan membutuhkan perencanaan yang matang. Melakukan analisis menyeluruh terhadap kondisi keuangan Sritex untuk mengidentifikasi penyebab masalah utang dan potensi solusinya, seperti analisis rasio diatas. Setelah melakukan analisis rasio, kemudian Sritex dapat melakukan negosiasi dengan para kreditur untuk mencapai kesepakatan mengenai perubahan struktur utang. Negoisasi ini tentunya sangat efektif bila mendapatkan dukungan pemerintah melalui kebijakan yang mendukung restrukturisasi perusahaan, seperti insentif pajak atau kemudahan akses permodalan dan lebih penting adalah pemerintah dapat menjadi jembatan perdamaian antara debitur dan kreditur agar kesepakatan restrukturisasi utang bisa tercapai. Setelah mencapai kesepakatan, Sritex perlu melaksanakan rencana restrukturisasi dengan ketat dan transparan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H