"We saw what Ronaldo is and always has been. A player of an extraordinary level that along with Leo Messi is achieving the biggest heights," kata kiper 40 tahun itu, usai pertandingan.
Tentu saja, terlepas dari luruhnya hati kita pada gol salto Ronaldo yang bakal menjadi gol bersejarah itu, janganlah kita sampai lupa untuk tetap mengasihani orang-orang yang nasibnya malang--sekalipun ia, katakanlah, jahat. Saya mengajukan dua nama.
Pertama, sudah pasti adalah Buffon. Buffon memang tidak jahat, tapi ia sangat layak masuk daftar ini. Betapa tidak. Selain dipastikan tak akan tampil di Piala Dunia 2018 di Rusia, yang tadinya direncakanannya sebagai akhir petualangannya di dunia sepakbola, kiper berjuluk Superman itu juga harus mengubur impiannya dalam-dalam untuk mengangkat trofi si Kuping Besar dalam kariernya. Tiga kali menembus final Liga Champions cukuplah sudah baginya untuk gantung sarung tangan dengan tenang Juni nanti. Jangan ngoyo-ngoyo, Buffon, sebelum ujung tarikh kariermu semakin memburuk. Lagi pula, juara Serie A tujuh musim-musim berturut-turut sudah sangat mantap.
Kedua, tak lain tak bukan adalah Sukmawati Soekarnoputri. Kenapa? Ya, sudah jelas alasannya. Ibu yang gagal membikin puisi dengan baik itu sudah selayaknya dikasihani. Cukuplah ia dimaki-maki dan dibalas puisi-puisinya yang jelek itu. Tak perlulah ia sampai didemo, apalagi sampai berjilid-jilid. Percayalah, itu akan membuat yang mendemo sama gagalnya dengan beliau. Perkara bagaimana membuat puisi yang bagus, toh, beliau bisa belajar banyak dari sang Cristiano Ronaldo. (***)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H