Mohon tunggu...
Abul Muamar
Abul Muamar Mohon Tunggu... Editor - Editor dan penulis serabutan.

Editor dan penulis serabutan. Suka menyimak gerak-gerik hewan.

Selanjutnya

Tutup

Bola

Puitisnya Gol Salto Cristiano Ronaldo

4 April 2018   13:55 Diperbarui: 4 April 2018   14:45 745
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: Talksport.com

Cristiano Ronaldo menunjukkan kepada kita bahwa puisi juga bisa dibuat tanpa kata-kata.

***

Selasa malam waktu Italia (3/4/2018), atau Rabu dini hari waktu Indonesia (4/4/2018), di Stadion Allianz, Turin, dalam laga leg pertama babak perempat final Liga Champions Eropa musim 2017/2018 antara Juventus melawan Real Madrid, Ronaldo mempertontonkan aksi yang sungguh sangat sensasional. Ia memborong dua gol dan menyumbang satu assist bagi kemenangan 3-0 Real Madrid atas tim tuan rumah.

Yang paling mengagumkan adalah gol kedua Ronaldo, yang ia kreasi dengan tendangan salto. Memanfaatkan umpan silang Dani Carvajal dari sisi kanan, peraih lima gelar Ballon d'Oritu melesakkan tembakan balik badan dengan lompatan yang sungguh menakjubkan. Uerosport mencatat, Ronaldo melompat setinggi 2,3 meter. Dan Buffon, kiper gaek nan berpengalaman itu, tak berkutik dan cuma bisa menatap bola merobek gawangnya.

Saya tak berkedip barang sedetik pun saat gol itu lahir. Bulu roma saya tegak berdiri karena begitu terharu. Bukan lantaran saya fans Real Madrid sejak kecil dan pengagum sosok kapten Timnas Portugal itu, melainkan karena gol tersebut, bagi saya, sungguh sangat indah sekali. Puitis bahkan!

Bagaimana sebuah gol, sebuah aksi dalam sepakbola, bisa dikatakan puitis? Saya punya argumen, tentunya. Penyair ternama Indonesia, Joko Pinurbo, pernah bilang bahwa puisi yang murni lebih sering bukan berupa kata-kata. Justru, acapkali "puisi" itu menjadi berkurang, bahkan lenyap, kadar kepuisiannya ketika (dipaksa) diejawantahkan ke dalam kata-kata, terutama oleh orang-orang yang gagal mentranskripkan "puisi" itu dengan tepat. Penyair saja sering gagal, apalagi yang bukan penyair dan mengaku-ngaku penyair.

"Kicau burung yang kita dengar saban pagi itu puisi. Suara hujan yang turun di tengah malam saat orang-orang tertidur, itu juga puisi. Suara sendok yang dipukulkan ke mangkuk oleh pedagang mi ayam yang jualannya tak laku yang terdengar sayup-sayup terdengar dari balik tembok rumah kita, itu juga puisi...."

Demikian kata Jokpin--sapaan Joko Pinurbo--suatu kali pada suatu kesempatan bertemu di Yogyakarta.

Selanjutnya, kata beliau, puisi (atau "puisi") yang baik adalah puisi yang menggetarkan hati banyak orang. Jika itu benar, maka gol salto Ronaldo sudah memenuhi kriteria itu. Lihatlah bagaimana efek dari aksi atraktif yang dilakukan pemain 33 tahun itu. Tidak hanya suporter Real Madrid, pendukung Juventus pun turut melakukan aksi standing applause(berdiri untuk bertepuk tangan) untuk mengakui keindahan gol itu. Dan Ronaldo, sebagai aktor, sebagai "seniman" yang mengkreasi gol tersebut, tak lantas menyombongkan diri. Sebaliknya, CR7--julukan sang pemain--memberikan gestur tangan dirapatkan ke dada, sebagai tanda terima kasih kepada fans Juventus, yang sebelum gol tersebut lahir, tak henti-hentinya menyorakinya.

"Saya tidak tahu apakah gol Cristiano Ronaldo itu yang terbaik di sepanjang sejarah sepakbola. Namun, yang pasti, itu adalah gol yang luar biasa. Anda bisa mengucapkan selamat untuknya atas apa yang ia lakukan," kata pelatih Juventus, Massimiliano Allegri.

Di luar lapangan, gol "puitis" Ronaldo itu juga mendapat pengakuan dari banyak atlet kawakan. Bintang NBA, Lebron James menulis di akun Instragram-nya: "Are you not entertained!?!? @cristiano. That's just not even fair. Nasty!!" (Apa kau tidak terhibur? @Cristiano. Itu sungguh tidak adil. Dasar!!)

Tak ketingggaan, Gianluigi Buffon, sebagai "korban" keganasan Ronaldo, juga angkat topi.

"We saw what Ronaldo is and always has been. A player of an extraordinary level that along with Leo Messi is achieving the biggest heights," kata kiper 40 tahun itu, usai pertandingan.

Tentu saja, terlepas dari luruhnya hati kita pada gol salto Ronaldo yang bakal menjadi gol bersejarah itu, janganlah kita sampai lupa untuk tetap mengasihani orang-orang yang nasibnya malang--sekalipun ia, katakanlah, jahat. Saya mengajukan dua nama.

Pertama, sudah pasti adalah Buffon. Ia memang tidak jahat, tapi ia sangat layak masuk daftar ini. Betapa tidak. Selain dipastikan tak akan tampil di Piala Dunia 2018 di Rusia, yang tadinya direncakanannya sebagai akhir petualangannya di dunia sepakbola, kiper berjuluk Superman itu juga harus mengubur impiannya dalam-dalam untuk mengangkat trofi si Kuping Besar dalam kariernya. Tiga kali menembus final Liga Champions cukuplah sudah baginya untuk gantung sarung tangan dengan tenang Juni nanti. Jangan ngoyo-ngoyo, Buffon, sebelum ujung tarikh kariermu semakin memburuk. Lagi pula, juara Serie A tujuh musim-musim berturut-turut sudah sangat mantap.

Kedua, tak lain tak bukan adalah Sukmawati Soekarnoputri. Kenapa? Ya, sudah jelas alasannya. Ibu yang gagal membikin puisi dengan baik itu sudah selayaknya dikasihani. Cukuplah ia dimaki-maki dan dibalas puisi-puisinya yang jelek itu. Tak perlulah ia sampai didemo, apalagi sampai berjilid-jilid. Percayalah, itu akan membuat yang mendemo sama gagalnya dengan beliau. Perkara bagaimana membuat puisi yang bagus, toh, beliau bisa belajar banyak dari sang Cristiano Ronaldo.

Sampai di sini, saya mau bilang, merugilah kalian yang belum menyimak gol salto yang sungguh betapa puitisnya itu! (***)

(Abul Muamar. Yogyakarta, Rabu, 4 April 2018, pukul 13.00-13.30 WIB)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun