Mohon tunggu...
Abul Muamar
Abul Muamar Mohon Tunggu... Editor - Editor dan penulis serabutan.

Editor dan penulis serabutan. Suka menyimak gerak-gerik hewan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mental Ke-OKP-an dalam Sapaan Ketua

14 April 2017   11:00 Diperbarui: 14 April 2017   20:00 512
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Sementara Fern Johnson, dalam Komunikasi dan Kebudayaan, menyebut bahwa seluruh aktivitas komunikasi berlangsung dalam kerangka kerja budaya; semua individu mengolah pengetahuan kebudayaan yang mereka miliki untuk berkomunikasi.

Perbaiki Citra OKP

Keberadaan OKP di Medan sendiri bukanlah hal yang baru. Bahkan ada anekdot yang mengatakan bahwa Medan adalah kota OKP; sarangnya OKP. Dari situ pulalah saya kira mental ke-OKP-an itu muncul. Karena saking ramainya, masyarakat non-anggota OKP pun tak jarang berlagak (bertutur dan sebagainya) seperti anggota OKP.

Munculnya mental ke-OKP-an di tengah masyarakat ini perlu menjadi perhatian bersama, khususnya bagi pemerintah dan OKP-OKP itu sendiri. Sebab, tak bisa dipungkiri bahwa sapaan “ketua”, setidaknya sejauh ini, memiliki konotasi yang cenderung mengarah kepada premanisme atau kehidupan pasaran.

Tidak masalah memang jika mental itu hanya terhenti pada tataran sapaan. Akan tetapi, perlu diperhatikan juga bagaimana perkembangan mental itu dalam tataran tindakan. Misalnya di jalan raya. Cobalah saksikan bagaimana para pengendara di Kota Medan memiliki kecenderungan untuk melanggar aturan lalu lintas dan saling tidak mau mengalah; dan masih banyak contoh lainnya. Artinya, tanpa bermaksud menuding dan mendeduksi (mengeneralisir), corak mental tersebut harus dipikirkan secara serius.

Untuk OKP-OKP, terutama para ketuanya, tentu tak ingin dianggap sebagai biang dari munculnya mental ini. OKP perlu memperbaiki citranya di mata masyarakat, agar konotasi negatif yang dilekatkan oleh masyarakat itu dapat hilang.

(Abul Muamar, Facebook dan Instagram: Abul Muamar)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun