Kau, dulu meminta
Kau, berharapÂ
Kau, yang dulu pernah berorasi
Kau yang dulu  pernah berjanji
Harapan kami begitu tinggiÂ
Rakyat kami pun kau tindasi
kau merasa palingg tinggiÂ
berada pada pemerintahan Negeri iniÂ
Rakyat lemah kau tindas
Suara rakyat tak lagi kau dengar
Perang saudara terjadi
Dramatisnya negeri ini
hilang lah semua rasa
yang ada hanyalah duka
bumi pertiwipun menangis
hingga terjadinya luka yang dalam
Kaum intelek muda pun turun
Menuntut akan hak keadilannya
Negara ini sedang ditengah perpecahanÂ
Masihkah engkau mempunyai rasa?Â
Adakah harapan yang kau punya?Â
Apakah ada rasa di hatimu?Â
Mana gotong royong kita?Â
Mana kebersamaan kita?Â
Mana keadilan rakyat kita?Â
Bongkahan cinta tak lagi tercipta
Persatuan membawa perpecahan
Pertiwi ini pun menangis resah
Gelisah setiap saatÂ
Akan cintamu yang menindas rakyat
Hidupmu yang dulu bersama kami
Kini berubah menjadi ego yang ditanam dalam diriÂ
Tangisanmu yang dulu berartiÂ
Kini telah kau khianati
Hancurkan lah rasa egomu
Musnahkanlah rasa meninggikan hatimu
Dimana amanahmu
Kau tahu hatiku sedang menungguÂ
Mengharapkan kau adil bersama rakyatmu
Bukanlah pintu hatimu
Tanyakan pada Tuhanmu
Atau mungkin kau lupakan Tuhanmu
Hingga kau membenci rakyatmu
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H