Pasti anda sudah tak asing lagi dengan kopi keliling. Kopi keliling memang identik dengan penjual kopi sasetan yang berjualan menggunakan sepeda dan berkeliling di sepanjang jalan. Kopi keliling itu ada juga yang menyebutnya dengan sebutan 'Starling' atau Starbucks Keliling. Berangkat dari ide itu, kini kopi keliling hadir dengan konsep yang lebih modern.
Salah satu yang sedang hits sekarang adalah kopi keliling yang menggunakan sepeda listrik. Jadi, penjual tak perlu lelah menggenjot sepeda. Mulai dari menggunakan vespa, mobil klasik seperti VW Combi, bahkan hingga mobil mewah sekalipun. Kendaraan-kendaraan tersebut disulap menjadi gerai kopi kecil-kecilan dengan menambahkan beberapa dekorasi.
Seperti yang pernah viral di media sosial, seorang penjual kopi memanfaatkan motor vespanya untuk berjualan kopi. Ia sampai mencopot jok belakang agar bisa di taruh gerobak kecil untuk meracik kopi.
Bahkan banyak kisah-kisah sukses dari penjual kopi keliling yang tengah hits sekarang. Selain berkeliling, ada juga kedai kopi yang mangkal di pinggir jalan dengan konsep angkringan.
Di suasana malam jalan Yogyakarta yang selalu dipadati oleh warga lokal maupun wisatawan, Dimas Longo Kunkoro Jakti (24) untuk mencari rezeki dengan berjualan kopi di kawasan Jalan Pangeran Mangkubumi. Dimas menaiki Vespa Sprint 1973 dan berhenti di depan toko suvenir Sultan untuk segera menyiapkan dagangannya. Dimas mulai berjualan sekitar pukul 17.00 wib.
Ada banyak cara untuk menjajakan kopi dimasa seperti ini. Sering kita temui coffee shop di berbagai sudut jalan maupun kota. Selain itu, starling alias Starbucks keliling pun masih sering kita jumpai. Seiring berjalannya waktu, berbagai inovasi pun bermunculan.Â
Bahkan lebih bergaya retro dengan ciri khasnya. Salah satunya adalah Tujutigakopi yang merupakan usaha starling menggunakan vespa milik Dimas Ronggo Kuncoro Jakti pemuda asal Madiun. Seperti postingan di akun instagramnya @Tujutigakopi, terlihat seorang pemuda menjajakan dagang kopinya di atas vespa.
Tampilan kedainya memang seperti angkringan khas Yogyakarta. Berupa gerobak dengan cahaya dari lampu yang ala kadarnya. Namun, kopi yang ditawarkan pun tak kalah nikmat seperti yang ada di kafe.
Di bagian belakang Vespa tersebut terdapat peti kayu yang berisi peralatan kopi, cangkir minum, kompor mini outdoor dan, tentu saja kopi dan bahan minuman lainnya. Terakhir, Dimas memasang payung berukuran besar untuk menaungi Vespa-nya yang ia jadikan juga sebagai tempat untuk meracik kopi.
Alasannya memulai usaha ini pun dikarenakan maraknya kemunculan coffee shop dan ia ingin memberikan kesan yang berbeda dari yang lainnya, "Dulu waktu tahun 2018, sudah banyak coffee shop mas. saya pengen cari yang berbeda aja sih. Terus kan, saya juga suka vespa, jadi yowes jualan pake vespa ajalah," ucap Dimas, pemilik Tujutigakopi.
Saat ia mengawali usahanya, Â ia masih duduk di bangku perkuliahan semester empat. "Tahun 2018 itu awalnya di depan Ambarukmo Plaza. Tahun 2020 kemarin baru pindah ke sini" jelas Dimas. Ketika memulai usahanya, Dimas mengakui sempat kewalahan karena usahanya ini sangat menyita waktu dan harus berusaha ekstra untuk membagi waktu dengan kuliahnya.
Terdapat perbedaan antara starling biasa dengan Tujutigakopi. Jika biasanya starling menjual kopi seduh sachetan, justru Tujutigakopi menyajikan minuman kopi layaknya di coffee shop. Menu yang ditawarkan pun beragam. Mulai dari filter coffee, espresso based, dan non coffee. Selain itu, harga yang diberikan pun terjangkau bagi kalangan anak muda yang sedang melintas di kawasan jalan Pangeran Mangkubumi. Harganya pun tak lebih dari Rp 15.000 dan bisa mendapat Rp 600.000 dalam seharinya.
Usaha starling vespa ini dinilai cukup inspiratif oleh pengunjung yang sedang menikmati kopi dikawasan tugu."Ngopi di sini gak rugi mas karena penjualnya menjual barang yang berkualitas tapi tidak menguras dompet saya. Penjualnya juga ramah, tempatnya juga strategis menurut saya karna berada didaerah tugu. Jadi, untuk wisatawan yang mau ngopi di Tujutigakopi worth it-lah," ujar Raka, pengunjung Tujutigakopi.
Ketika pandemi Covid-19 menyebar dan diterapkannya PPKM, Tujutigakopi tentu saja terkena dampaknya. "Selama masa PPKM kemarin, kesulitannya itu di jam bukanya. Jam buka-nya terbatas, sekitar 3-4 jam saja,"ucap Dimas. Melihat kesulitan yang dihadapi selama masa PPKM tersebut, Tujutigakopi masih bisa mempertahankan eksistensi usahanya dan memiliki pelanggan tetap di kalangan anak muda.
Pria asal Madiun ini berani berjualan berbeda yaitu dengan vespa sehingga menarik minat para pecinta vespa untuk singgah sekedar minum kopi di pinggir Malioboro "beberapa teman-teman vespa juga antusias untuk ngopi disini" ujar Dimas.
Dimas juga memberikan pesan untuk mahasiswa yang ingin mencoba wirausaha di waktu luang bisa menjadikan Dimas sebagai contoh dalam berwirausaha. "Mungkin berjualan juga menyita waktu kuliah apalagi kalau ada kelas pagi"ujar dimas, jadi tidak ada kata menyerah untuk berani mencoba membuka usaha," ujarnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H