Mohon tunggu...
Abiyyu AsykarulHaq
Abiyyu AsykarulHaq Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

mengapa takut

Selanjutnya

Tutup

Money

Eksistensi "Tujutigakopi" di Masa Pandemi

10 Desember 2021   03:53 Diperbarui: 10 Desember 2021   12:14 628
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pengunjung dapat merasakan sensasi berada di angkringan dan cafe sekaligus di Tujutigakopi (Foto oleh Abiyyu Asykarul Haq)

Saat ia mengawali usahanya,  ia masih duduk di bangku perkuliahan semester empat. "Tahun 2018 itu awalnya di depan Ambarukmo Plaza. Tahun 2020 kemarin baru pindah ke sini" jelas Dimas. Ketika memulai usahanya, Dimas mengakui sempat kewalahan karena usahanya ini sangat menyita waktu dan harus berusaha ekstra untuk membagi waktu dengan kuliahnya.

Terdapat perbedaan antara starling biasa dengan Tujutigakopi. Jika biasanya starling menjual kopi seduh sachetan, justru Tujutigakopi menyajikan minuman kopi layaknya di coffee shop. Menu yang ditawarkan pun beragam. Mulai dari filter coffee, espresso based, dan non coffee. Selain itu, harga yang diberikan pun terjangkau bagi kalangan anak muda yang sedang melintas di kawasan jalan Pangeran Mangkubumi. Harganya pun tak lebih dari Rp 15.000 dan bisa mendapat Rp 600.000 dalam seharinya.

Usaha starling vespa ini dinilai cukup inspiratif oleh pengunjung yang sedang menikmati kopi dikawasan tugu."Ngopi di sini gak rugi mas karena penjualnya menjual barang yang berkualitas tapi tidak menguras dompet saya. Penjualnya juga ramah, tempatnya juga strategis menurut saya karna berada didaerah tugu. Jadi, untuk wisatawan yang mau ngopi di Tujutigakopi worth it-lah," ujar Raka, pengunjung Tujutigakopi.

Ketika pandemi Covid-19 menyebar dan diterapkannya PPKM, Tujutigakopi tentu saja terkena dampaknya. "Selama masa PPKM kemarin, kesulitannya itu di jam bukanya. Jam buka-nya terbatas, sekitar 3-4 jam saja,"ucap Dimas. Melihat kesulitan yang dihadapi selama masa PPKM tersebut, Tujutigakopi masih bisa mempertahankan eksistensi usahanya dan memiliki pelanggan tetap di kalangan anak muda.

Pria asal Madiun ini berani berjualan berbeda yaitu dengan vespa sehingga menarik minat para pecinta vespa untuk singgah sekedar minum kopi di pinggir Malioboro "beberapa teman-teman vespa juga antusias untuk ngopi disini" ujar Dimas.

Dimas juga memberikan pesan untuk mahasiswa yang ingin mencoba wirausaha di waktu luang bisa menjadikan Dimas sebagai contoh dalam berwirausaha. "Mungkin berjualan juga menyita waktu kuliah apalagi kalau ada kelas pagi"ujar dimas, jadi tidak ada kata menyerah untuk berani mencoba membuka usaha," ujarnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun