Bukan tanpa alasan Jokowi mengatakan kata hati-hati dalam Pertemuan Tahunan Bank Indonesia pada akhir November lalu. Adapun salah satu alasannya yaitu karena Indonesia akan terdampak gejolak ekonomi secara global. Apabila hal tersebut tak dipersiapkan dari sekarang, maka akan kesulitan dalam menjaga ketahanan ekonomi nasional tahun depan.
Untuk menstabilkan kondisi perekonomian, Indonesia senantiasa melakukan berbagai hal. Adapun salah satunya yaitu menyesuaikan harga BBM. Dengan langkah tersebut, pertumbuhan perekonomian Indonesia bisa mencapai lebih dari 5%.
Menguntungkannya lagi, pertumbuhan ekonomi tersebut tak diikuti peningkatan inflasi yang mengkhawatirkan. Bahkan tingkat inflasi cenderung menurun seiring berjalannya waktu. Kondisi perekonomian Indonesia harus selalu dijaga dan ditingkatkan demi kemajuan bangsa.
Lebih dari itu, sektor perekonomian yang baik juga mampu menjaga ketahanan perbankan. Hal ini pun tak hanya menjadi tugas pemerintah saja, melainkan juga membutuhkan dukungan dari semua pihak. Sudah seharusnya kita mendukung segala upaya pemerintah yang bertujuan untuk menstabilkan perekonomian negara.
Imbas Terhadap Ketahanan Perbankan
Sebagaimana yang sudah kita singgung di atas, kenaikan suku bunga The Fed dan inflasi yang kian memuncak berimbas pada ketahanan perbankan adalah sebuah keniscayaan. Kenaikan suku bunga bisa menyusutkan likuiditas global. Kondisi tersebut membuat laju pemulihan menjadi terkendala.
Berbicara mengenai ketahanan perbankan, tentu terasa kurang lengkap jika tak mengetahui dampaknya terhadap Rupiah. Ketahanan perbankan sedikit terguncang karena adanya kenaikan suku bunga The Fed dan inflasi. Khususnya terkait nilai tukar Rupiah karena mengalami dampak yang luar biasa.
Kondisi nilai tukar Rupiah memburuk bisa diketahui dari depresiasi yang terbilang cukup signifikan. Nilai tukar Rupiah melemah karena kenaikan suku bunga The Fed memicu permintaan Dolar AS terus meningkat. Hal ini hanya akan menguatkan mata uang Negara Adidaya semata.
Pelemahan nilai tukar Rupiah semakin terlihat ketika pasar keuangan domestik kehilangan aliran modal asing. Adapun alasannya tak lain karena investor memilih instrumen keuangan yang ada di negara yang lebih aman. Hal ini membuat investor cenderung menarik diri dari negara yang berisiko.
Ketahanan perbankan juga bisa runtuh karena kenaikan suku bunga The Fed dan inflasi bisa membuat beban utang pemerintah Indonesia mengalami peningkatan. Khususnya utang dalam wujud dolar AS yang menguat nilainya.
Mengetahui hal tersebut, pemerintah Indonesia tak tinggal diam. Salah satu upaya yang bisa dilakukan yaitu menaikkan suku bunga acuan Bank Indonesia. Hal ini bisa menjaga ketahanan perbankan sekaligus mengembalikan dana asing atau modal yang keluar dari Indonesia.