Mohon tunggu...
Abiwodo SE MM
Abiwodo SE MM Mohon Tunggu... Bankir - Professional Bankers, Student at UI

Bankers yang selalu fokus terhadap "goal-oriented with an eye for detail, a passion for designing and improving creative processes also expertise in corporate relations" Saat ini sedang menempuh pendidikan S3 di UI.

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Kalah di WTO, Apa Dampaknya bagi Perbankan?

8 Desember 2022   09:45 Diperbarui: 8 Desember 2022   09:52 269
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Rasanya belum saatnya melakukan perubahan peraturan ataupun mencabut kebijakan sebelum terdapat keputusan sengketa diadopsi DSB (Dispute Settlement Body). Adapun langkah terbaiknya ialah banding! Keputusan panel dipandang juga belum mempunyai keputusan hukum tetap.

Bukan tanpa alasan mengapa Indonesia melakukan hilirisasi karena terbukti memberikan dampak positif bagi negara. Mulai dari meningkatkan penyerapan tenaga kerja, nilai tambah negara, sampai dengan mendorong industri akhir pengguna mineral nikel. Bayangkan saja - mengutip dari pernyataan Presiden Jokowi, dengan pelarangan ekspor nikel dalam bentuk bahan mentah, maka hanya menghasilkan USD 1 miliar. Padahal kalo kita ekspor dalam bentuk besi baja -- bahan turunan dari nikel, pada akhir tahun lalu menghasilkan USD 20.8 miliar.

Sementara untuk putusan panel nantinya akan masuk ke anggota DSB pada tanggal 20 Desember 2022. Terkait perkara ini, pada dasarnya berpengaruh terhadap berbagai sektor kehidupan, tidak terkecuali sektor perbankan.

Dampak Bagi Ketahanan Perbankan

Sebagaimana yang kita tahu bahwa perbankan berperan utama sebagai penghubung sekaligus penjamin pembayaran untuk kegiatan eksportir dan importir di perdagangan skala internasional.

Akan tetapi, perbankan juga mendapatkan pengaruh di sektor lainnya yang berkaitan dengan perekonomian. Misalnya saja terbukanya peluang kerja yang semakin lebar, kesejahteraan di sektor perekonomian, dan masih banyak lagi. Nah, dari sini dapat dilihat bahwa posisi Indonesia lebih menguntungkan jika tetap tidak ekspor bahan mentah dan lebih memilih hilirisasi di dalam negeri.

Pada dasarnya, hilirisasi manufaktur bisa memperkuat pertumbuhan secara berkelanjutan. Ekspor ke negara lain memang memberi keuntungan, akan tetapi hilirisasi terbukti lebih menguntungkan dari hal tersebut. Ketahanan perbankan ikut terjaga. Upaya dilakukan dengan mendukung pertumbuhan ekonomi secara berkelanjutan. Pula dengan menerapkan strategi bauran kebijakan, tata kelola dan reformasi struktural pemerintah.

Kebijakan yang pemerintah ambil bisa berdampak baik karena mampu menjaga keutuhan ketahanan perbankan. Hal ini juga beriringan dengan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan solid. Dengan demikian, Indonesia bisa bertransformasi jadi negara bersistem perekonomian maju.

Ketahanan perbankan juga mendapatkan dukungan kuat dari sektor manufaktur hingga struktur transaksi yang sehat. Hal tersebut berdampak baik pada sektor pembangunan yang semakin inklusif. Oleh karena itu, kabar mengenai Indonesia kalah gugatan di WTO tak bisa menghentikan langkah bangsa untuk terus maju.

Lagian barang-barang kita, kenapa negara lain maksa. Layaknya hubungan jaman Siti Nurbaya...eaa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun