Kondisi keterbatasan modal inilah yang membuat startup digital perlu melakukan efisiensi. Tidak bisa lagi 'bakar duit', termasuk efisiensi SDM dengan melakukan PHK, dengan alasan memperpanjang 'runway'.
Runway adalah jumlah waktu yang dimiliki startup sebelum kehabisan uang. Seperti landasan pacu bandara, panjang runway bakal menentukan berapa banyak pendanaan yang dibutuhkan sebuah startup.Â
Jika runway terlalu pendek, startup bisa gagal mengembangkan produknya. Sebaliknya, jika landasan terlalu panjang, bisa menyia-nyiakan equity (modal).
Ironi digitalisasi
Seperti yang sudah-sudah, sejumlah pertanyaan terkait gelombang PHK ini pun menghampiri saya. Bukankah PHK besar-besaran berdampak pada ketahanan perbankan lantaran lesunya konsumsi?
Teorinya sih benar, situasi ini bisa memberikan efek domino kepada ketahanan perbankan. Tapi ada satu hal yang membuat saya optimistis jika dampaknya bisa diminimalisir, yaitu gelombang digitalisasi itu sendiri.
Ya, hari ini digitalisasi sedang meroket. Salah satu indikasinya sudah saya sampaikan di awal tulisan ini, yaitu meningkatnya transaksi digital di Indonesia. Boleh dikata, peningkatan ini bisa merangsang jumlah UMKM untuk mendigitalisasi diri.
Seperti yang sempat saya sampaikan dalam tulisan sebelumnya, UMKM yang terlibat dalam ekosistem digital cenderung lebih mudah mendapatkan dukungan kredit perbankan.Â
Apalagi digitalisasi UMKM terbukti memberikan kontribusi besar pada perekonomian Indonesia hari ini.
Dengan tingginya kreatifitas masyarakat Indonesia hari ini, saya optimistis dampak PHK bisa diminimalisir. Apalagi di era dan generasi yang melek digital saat ini, mengembangkan UMKM sendiri bisa menjadi pilihan bagi masyarakat terdampak PHK.Â