Kecepatan dalam organisasi dapat diukur berdasarkan seberapa cepat keputusan yang diambil, waktu yang dibutuhkan untuk memasarkan produk dan layanan baru, kecepatan respon pelanggan, dan kecepatan proses. sebuah institusi bisnis mampu mengidentifikasi perlunya perubahan besar dalam mengatasi masalah yang terjadi di sekitarnya.
Sehingga di sini lah pentingnya kecepatan kolaboratif antar karyawan dari teman atau divisi yang berbeda-beda untuk menumbuhkan inovasi baru agar masalah yang sedang dihadapi bisa teratasi.
Sejatinya dalam hal bisnis, langkah ini perlu ditempuh jika institusi bisnis seperti bank ingin terus bertahan dan mendominasi pasar. Semua komponen bisnis harus bergerak bersama dan dengan kecepatan yang sesuai dengan pesaing perusahaan.
Sebagaimana pihak yang cepat akan mampu mendominasi pihak yang lambat. Sehingga inilah yang menjadi alasan kenapa speed of organization itu diperlukan dalam perbankan. Kecepatan dalam sebuah institusi bisnis dapat membuat badan usaha itu mampu menembus setiap aspek organisasi untuk saling terkoneksi. Sudah menjadi rahasia umum bahwa internet sebagai instrumen bisnis telah berhasil menjawab tantangan 'kebutuhan akan kecepatan' di era digitalisasi ini. Benar-benar on the market melalui penetrasi yang dalam dan digital based network.
Namun, komponen yang memungkinkan adanya 'speed' dalam perusahaan masih harus didukung dengan kompetensi karyawan. Maka, hal yang perlu dipertanyakan di sini adalah, sudahkah bank umum di Indonesia atau insan BUMN ini memiliki sifat agile dalam konteks development? khususnya di era serba digital atau berbasis teknologi ini?
Dua tahun belakangan, Kementerian BUMN membentuk sebuah core values BUMN yang menjadi pilar dasar dengan sebutan AKHLAK. Core Values AKHLAK melahirkan budaya agile di BUMN. Sejumlah BUMN di Indonesia wajib menerapkan core values AKHLAK sebagaimana zaman kini menuntut bank untuk lebih lincah dalam bergerak dan menyesuaikan diri, mampu menguasai sisi konvensional dan digital agar bisa bertahan.
Pendekatan agile yang bersumber dari core values AKHLAK memungkinkan bank sebagai institusi bisnis untuk merekonstruksi DNA organisasinya agar dapat berpusat pada pelanggan dan pasar. Sebagai contoh, salah satu langkah yang Bank coba lakukan yaitu memperbesar pangsa pasarnya namun dengan cara yang berbeda. Men-digitalisasi bank atau bahkan Bank Digital menjadi sebuah capaian saat ini.
Selain itu bank juga dituntut untuk terus menekan biaya operasional demi memberi pelayanan yang lebih efisien. Dengan demikian, Bank harus mulai melakukan perencanaan strategis untuk menekan biaya operasional namun tetap menjaga kestabilan laba dalam level aman. Sehingga bank bisa memastikan keberlanjutan operasional untuk kedepannya tetap terjaga. Bank juga lebih fokus untuk berinvestasi pada teknologi sebagai bentuk antisipasi kondisi saat ini memasuki dunia digital melalui transformasi.
Dari contoh ini, maka bisa dikatakan kalau institusi perbankan sudah menerapkan 'budaya agile', meskipun masih butuh evaluasi lagi untuk bisa lebih baik kedepannya. Institusi perbankan sudah mampu beradaptasi dengan cepat menghadapi perubahan industri perbankan modern saat ini.
Apa lagi, dengan kini menjadikan AKHLAK sebagai dasar fundamental, maka ketahanan perbankan dalam era disrupsi teknologi bisa dikatakan telah teruji dengan baik, sebagaimana industri perbankan sudah melakukan akselerasi transformasi digital sebagai upaya membangun ketahanan perbankan.
Kalo sudah begitu, takkan rapuh lagi...eaa.