Mohon tunggu...
Abiwodo SE MM
Abiwodo SE MM Mohon Tunggu... Bankir - Professional Bankers, Student at UI

Bankers yang selalu fokus terhadap "goal-oriented with an eye for detail, a passion for designing and improving creative processes also expertise in corporate relations" Saat ini sedang menempuh pendidikan S3 di UI.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Quiet Quitting vs Akhlak BUMN

16 September 2022   07:00 Diperbarui: 30 September 2022   10:19 391
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jika internalisasi nilai dilakukan, saya yakin benturan quiet quitting dan quiet firing bisa diredam dan bertemu di titik tengah. Perusahaan pasti akan mendorong dan meningkatkan pengalaman karyawan dalam bekerja dengan menyesuaikan kapasitas karyawannya, memperhatikan hak istirahat dan lembur, dan memberikan apresiasi dalam sebuah prestasi, seperti bonus, promosi atau kenaikan gaji. Sebaliknya, karyawan tidak lagi sekadar bekerja. Ada semangat memajukan perusahaan, meraih prestasi, memberikan yang terbaik tanpa burn out, jauh dari stres, sembari meningkatkan kualitas hidup bersama keluarga dan orang-orang terdekatnya.

Kita memahami adanya perbedaan prioritas bekerja di setiap orang. Ada yang ingin mendapatkan karir cemerlang, penghasilan yang lebih baik, malah ada yang prioritasnya sederhana -- bekerja karena dekat dengan rumah, atau bahkan pekerjaan itu bukanlah prioritas utama dalam hidupnya. Tapi kalau internalisasi nilai dalam perusahaan berhasil dilakukan, lantas terbangun lingkungan dan budaya kerja yang positif, saya yakin prioritas kerja masing-masing orang tadi melebur, larut dan menyatu dalam arus besar yang mengarah ke titik dan tujuan yang sama.

Dari fenomena quiet quitting dan quiet firing ini, saya merasa jadi orang yang beruntung. Saya ada di lingkungan kerja yang mungkin semua orang di dalamnya merasa sebagai lokomotif kemajuan Indonesia. Tentu ditopang dengan AKHLAK BUMN yang sudah menapaki tahun keduanya dalam mengawal Culture Journey insan BUMN.

Bagaimana dengan Anda, apakah termasuk kaum rebahan?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun