Mohon tunggu...
ABITUL IHKSAN
ABITUL IHKSAN Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya suka belajar

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Teori Psikoloksosial menurut Erik Erickson

23 Oktober 2024   09:53 Diperbarui: 23 Oktober 2024   10:04 19
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Anda bilang:

Teori psikoloksosial menurut erik erickson

ChatGPT bilang:

ChatGPT

Teori psikososial Erik Erikson adalah sebuah teori yang menekankan perkembangan manusia melalui delapan tahap kehidupan yang berbeda, dari bayi hingga dewasa tua. Setiap tahap dalam teori ini melibatkan krisis atau konflik psikososial yang harus diselesaikan untuk berkembang dengan sehat.

Berikut adalah delapan tahap perkembangan psikososial menurut Erikson:

Tahap Kepercayaan vs Ketidakpercayaan (0-1 tahun)

Pada tahap ini, bayi mulai belajar apakah dunia dapat dipercaya. Jika kebutuhan dasar mereka terpenuhi secara konsisten, mereka akan mengembangkan rasa percaya terhadap orang lain.

Tahap Otonomi vs Malu dan Ragu (1-3 tahun)

Anak-anak mulai mengeksplorasi kebebasan mereka untuk melakukan hal-hal sendiri, seperti berpakaian dan makan. Jika orang tua mendukung kemandirian mereka, anak akan tumbuh dengan rasa percaya diri; jika tidak, mereka mungkin merasa ragu atau malu.

Tahap Inisiatif vs Rasa Bersalah (3-6 tahun)

Pada tahap ini, anak mulai merencanakan dan mengambil inisiatif dalam bermain dan aktivitas lain. Jika mereka didukung, mereka akan merasa mampu; jika tidak, mereka mungkin merasa bersalah atas inisiatif mereka.

Tahap Kerajinan vs Inferioritas (6-12 tahun)

Anak-anak mulai berfokus pada pembelajaran keterampilan dan pengetahuan. Jika mereka berhasil dalam kegiatan yang dihargai oleh masyarakat, mereka akan merasa kompeten; jika tidak, mereka akan merasa rendah diri atau inferior.

Tahap Identitas vs Kekacauan Identitas (12-18 tahun)

Remaja mulai mencari jati diri dan mengeksplorasi berbagai peran serta nilai. Jika mereka berhasil menemukan identitas diri, mereka akan merasa percaya diri; jika tidak, mereka mungkin mengalami kebingungan peran atau identitas.

Tahap Keintiman vs Isolasi (18-40 tahun)

Orang dewasa muda mencari hubungan yang erat dan intim dengan orang lain. Jika mereka berhasil membangun hubungan yang dekat, mereka akan merasa dicintai dan diterima; jika tidak, mereka mungkin merasa terisolasi.

Tahap Generativitas vs Stagnasi (40-65 tahun)

Orang dewasa pertengahan berusaha untuk memberikan kontribusi kepada masyarakat dan generasi berikutnya, misalnya melalui pekerjaan atau membesarkan anak. Jika mereka merasa berguna, mereka akan merasa produktif; jika tidak, mereka mungkin merasa stagnan atau mandek.

Tahap Integritas vs Keputusasaan (65 tahun ke atas)

Orang lanjut usia merefleksikan hidup mereka. Jika mereka merasa puas dengan pencapaian hidup mereka, mereka akan merasakan integritas; jika tidak, mereka mungkin merasa putus asa atas kesempatan yang hilang atau penyesalan hidup.

Teori ini menyoroti bahwa perkembangan manusia bersifat seumur hidup dan setiap tahap menghadirkan tantangan penting yang berdampak pada kesehatan mental dan sosial seseorang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun